Sejak 2 Oktober 2009 lalu, United Nation Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengukuhkan bahwa Batik sebagai Budaya Tak Wujud Warisan Manusia asli khas Indonesia. Seiring dengan pengukuhan tersebut, kini industri batik mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 67 persen per tahun, di mana sekitar 80 persen nya masih untuk konsumsi di dalam negeri, sedangkan untuk ekspornya masih relatif kecil yakni di bawah 20 persen. Seiring dengan banyaknya permintaan produksi ini, maka berkembanglah UMKM yang bergerak di industry batik. Namun, masih banyak kendala yang menghambat pengembangan industri UMKM di dalam negeri khususnya Jawa Tengah.

 

Hal ini disampaikan oleh Mahmud, staf pengajar di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), dalam ujian terbuka Program Doktor Ilmu Ekonomi Konsentrasi Manajemen Universitas Diponegoro Semarang, Selasa (10/1) lalu. Desertasi yang dipaparkan Mahmud berjudul Membangun Model Keunggulan Memposisikan Atribut Budaya Khas Daerah Untuk Meningkatkan Kinerja Pemasaran.

 

Untuk mendukung desertasinya ini, Mahmud melakukan menggunakan 325 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Batik di Jawa tengah sebagai sampel penelitian. Banyaknya UMKM tersebut menimbulkan berbagai permasalahan baik secara internal maupun eksternal yang relatif sama.

”Untuk permasalahan internal sendiri diantaranya mulai dari susahnya mendapatkan bahan baku, upah pekerja yang rendah, hingga keterbatasan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Sedangkan untuk permasalahan eksternal sendiri, mulai dari fluktusasi nilai tukar rupiah terhadal dollar, hingga masalah perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI),” ungkap Mahmud didepan Ketua Sidang Dr. Suharno, SE, M.Si dan 7 dewan penguji lainnya. 

 

Ia mengungkapkan masalah-masalah tersebut  menjadi penting diteliti karena bermanfaat bagi pengembangan ilmu pemasaran terutama yang berkaitan dengan kapabilitas inovasi perusahaan dalam meningkatkan kinerja pemasaran. Sehingga dapat menjelaskan upaya mengembangkan kapabilitas inovasi yang dimiliki perusahaan dan menjelaskan pengaruh kapabilitas inovasi perusahaan terhadap kinerja pemasaran pada industri batik dalam skala UMKM di Jawa Tengah.

Sidang Terbuka Promosi Doktor ini dihadiri pula oleh Rektor Udinus Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dr. Kusni Ingsih, Dekan FEB Dr. Agus Prayitno,  serta jajaran dosen Udinus lainnya. “Kami perkuat jajaran pengajar dengan dosen-dosen yang berkualitas, untuk itu merupakan satu kebanggaan hari ini kami dapat memetik 1 lagi Doktor di bidang Ekonomi untuk Udinus,” jelas Edi. (*humas)

 

SIDANG TERBUKA : Rektor Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom (kiri) memberikan selamat pada Dr. Mahmud, salah satu dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Udinus,  yang telah lulus sidang terbuka promosi doktor di Universitas Diponegoro (10/1) kemarin. Foto : Nining Sekar.