"Perang adalah damai. Damai adalah perang. Perang dan damai selalu bersekutu. Bersatu padu." Inilah kalimat yang terus disuarakan Adhi Satya Wijaksana diakhir penampilannya. Sebuah naskah dari Putu Wijaya dengan judul Damai ini berhasil membawa Teater Kaplink Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang sebagai juara 1 Festival Monolog Universitas se-Indonesia di UNS Solo pada (3-5/3) yang lalu. (*humas)

 

“Kami mecoba menterjemahkan naskah Putu Wijaya ini dengan visualisasi game 8 bit seperti nintendo, sega, dan sejenisnya. Mulai dari segi backsound, panggung, visual, maupun visualnya,” papar Adib sang sutradara.

Cerita naskah ini sendiri mengisahkan seorang orator yang merasa tertandingi ideologinya oleh seorang anak kecil, dimana bahwa perang dan damai tidak boleh bersatu. Anak kecil yang ketakutan, namun tetap terdoktrin bahwa perang dan damai selalu bersekutu dan bersatu padu, tak gentar akan pendiriannya. Digambarkan sang orator menang dengan melenyapkan anak kecil menggunakan visual tank yang menggilasnya. “Pesan yang ingin kami sampaikan dalam penampilan kami di festival ini adalah, bahwa jika jaman dulu perang hanya untuk adu fisik maupun teknologi, saat ini perang lebih berkutat pada perang pemikiran dan pemahaman. Sehingga kita harus menjadi pribadi yang kuat dalam memenangkan perang, dan meraih kedamaian dalam diri kita sendiri,” tambah Adib.

Untuk 20 menit penampilan Teater Kaplink ini membutuhkan waktu persiapan selama 1 bulan. Adhi Satya sang aktor monolog dalam penampilan ini mengaku bangga dengan capaian di festival kali ini. “Tidak sia-sia persiapan dan perjuangan kami untuk menampilkan persembahan terbaik dari Teater Kaplink,” tutup Adhi.

 

JUARA MONOLOG : Adhi Satya (memakai topi merah) mewakili Teater Kaplink Udinus menerima piala dan uang pembinaan atas kemenangan mereka sebagai Juara 1 Monolog se-Indonesia. Foto : Dok. Kaplink.