Saat ini Indonesia telah menduduki peringkat kedua setelah India, untuk predikat negara dengan penderita tuberkolosis (Tb) terbanyak di dunia. Keadaan inilah yang menjadi perhatian serius dari seluruh pihak terkait, baik pasien, tenaga media, rumah sakit, hingga keluarga pasien.
 
Pada awal September  2017 lalu, Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) mendapat hibah penelitian dari KNCV. Sebuah organisasi nirlaba internasional yang secara khusus berfokus pada pemberantasan Tb di seluruh dunia. Menelaah predikat sebagai negara kedua dengan kasus Tb terbanyak di dunia, FKes Udinus melakukan pemetaan untuk para dokter praktek, klinik, dan laboratorium di Semarang. Sudah sejauh mana penanganan kasus Tb di kota Semarang ini. “Workshop “Implementasi Wifi Tb dan Strategi Public Private Mix (PPM) bagi Dokter Praktek Mandiri (DPM) dan Klinik Pratama di Kota Semarang” ini memang untuk mensosialisasikan kegunaan dan manfaat aplikasi Wifi Tb di kota Semarang, dan pelaksanaan strategi PPM dalam jejaring layanan Tb. Agar makin banyak kasus Tb yang tertangani di Semarang,” papar Dr Guruh Fajar Shidik, S.Kom, M.Cs Dekan FKes Udinus, dalam sambutannya dalam acara tersebut di Hotel Santika Premiere, Selasa (26/9).
 
 
 
Aplikasi Wajib Lapor Notifikasi Tb (Wifi Tb) dapat diunduh di android melalui Playstore. Melalui aplikasi ini, Wifi Tb menjadi sarana para Dokter Praktek Mandiri dan Klinik Pratama untuk melaporkan kasus Tb yang ditangani untuk dilaporkan pada Dinas Kesehatan setempat. KUrang lebih 50 peserta workshop hadir dalam workshop tersebut, yang terdiri dari DPM, Klinik Pratama, serta BPJS.
 
 
 
“Kami sambut dengan baik kegiatan yang digelar oleh FKes Udinus ini. Penggalakan penanganan kasus Tb ini sudah berlangsung selama 20 tahun, namun keterbatasan pemerintah membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Salah satunya Udinus ini,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Dr. Widoyono, MPH.
 
Menurut survey yang dilakukan Dinas Kesehatan kota Semarang, sudah 84% masyarakat telah datang ke dokter, klinik, maupun ke tempat-tempat pelayanan dalam penanganan masalah kesehatan. “Sehingga kami berharap kegiatan seperti ini dapat membantu makin tercapainya tujuan pemerintah dalam menekan kasus Tb,” tambah Widoyono.
 
 
 
Selain dibuka oleh Kadinas Kesehatan Kota Semarang, workshop ini diisi oleh Dr. Djoko Widyarto sebagai Ketua IDI Wilayah Jawa Tengah, dr. Yeremia Prawiro dari KNCV, dan masih banyak lagi. (*Humas/ning)