Sesuai dengan Permenristekdikti Nomor 20 tahun 2017 tentang Pemberian Tunjangan Profesi Dosen dan Tunjangan Kehormatan Profesor, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) ingin berkomitmen untuk memacu para professor dan dosen supaya menulis publikasi internasional di jurnal bereputasi.
 
Meski sempat menuai pro kontra, kebijakan tersebut terbukti dapat mendorong jumlah publikasi internasional di Indonesia. Demikian pula yang berusaha diwujudkan oleh para dosen di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) yang berdedikasi menyukseskan kebijakan dari Kemeristekdikti.
 
“Selain untuk memenuhi kebijakan Kemenristekdikti tersebut, publikasi yang dilakukan juga dapat mengkomunikasikan hasil penelitian pada masyarakat luas. Serta berkontribusi terhadap pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta peningkatan daya saing bangsa,” ungkap Heru Agus Santoso, PhD Ketua Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer (FIK) Udinus di saat pembukaan Pelatihan Pengelolaan Jurnal Terindeks Scopus pada Jumat (6/4/2018).
 
 
 
Untuk di FIK sendiri, sudah banyak dosen yang men-submit jurnal ke publisher level internasional, namun kendala selalu saja ada. Dalam workshop yang diikuti oleh belasan dosen FIK ini, banyak terjadi tukar pikiran dengan dua orang narasumber yang juga sering menjadi reviewer tersebut.
 
“Di FIK Udinus, kami sudah memfasilitasi para dosen yang ingin mempublikasikan jurnal milik mereka. Mulai dari pendaftaran, akomodasi, hingga insentif bagi yang telah menulis jurnal. Semua untuk memacu dosen agar lebih bersemangat dalam menulis publikasi khususnya di jurnal internasional,” tambah Heru Agus.
 
 
 
Menghadirkan Dr Ir Djoko Sutarno dari Universitas Bina Nusantara yang juga merupakan asesor dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), serta Dr Husni Teja  Sukmana, ST, MSc dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Djoko Sutarno menyampaikan penerbitan jurnal yang rutin sesuai bulan akan menambah nilai plus tersendiri bagi penulisnya. Selain itu, saling bertukar paper antar perguruan tinggi juga dapat membantu referensi jurnal. Asal harus seimbang supply dan demand-nya. Untuk jurnal internasional, dalam hal ini mengacu pada Scopus, Husni Teja lebih menyoroti untuk  hal-hal lain yang mungkin dapat menjadi penghambat penerimaan jurnal. Diantaranya adalah selain melihat konten, Scopus sering kali mempermasalahkan layout. “Penataan table, kolom, maupun perpindahan halaman di jurnal harus diperhatikan. Dan jika memungkinkan, perguruan tinggi harus mempunyai professional reader, yang dapat mengawal penulisan maupun penerjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris,” tandas Husni Teja
 
 
 
Beragam pelatihan dengan berbagai narasumber untuk penulisan jurnal memang rutin digelar masing-masing fakultas di Udinus, hal ini agar menggugah sekaligus memacu semangat para dosen dalam hal publikasi. “Inilah salah satu cara Udinus berkontribusi pada masyarakat. Karena hendaknya publikasi jurnal ini dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi masyarakat luas,” terang Kahumas Udinus Agus Triyono, MSi. (*Humas Udinus/Ning. Foto : Nining Sekar)