Dosen Fakultas Ilmu Komputer Unversitas Dian Nuswantoro (Udinus) akan ajarkan budaya macapat kepada pemuda di Korea Selatan. Pengajaran akan dilakukan dengan berbasis android dengan menggunakan aplikasi Elektronik Macapat Kampus Udinus (E-Macapatku).

 

 Pengajaran tersebut bertujuan melestarikan budaya bangsa, serta untuk mengenalkan inovasi terbaru dari Udinus dengan memanfatkan karya macapat. Penelitian Emacapatku sudah dimulai sejak tahun 2017 dengan mencari info mengenai macapat di kota Solo. Penelitian tersebut diketuai oleh dosen Udinus Dr. Yuventius Catur Pramudi S.Si, M.Kom., kemudian empat anggota dosen Udinus Dr. Yohan Wismantoro S.E., M.M., Lisa Mardiana S.Sos dan Karis Widiyatmoko S.Si, M.Kom. Sedangkan untuk masalah teknis dipegang oleh Muslich, M.Kom.

 

Ketua penelitian E-Macapatku, Dr. Yuventius Catur Pramudi S.Si, M.Kom mengungkapkan rasa kegelisahan dengan perkembangan budaya saat ini, terutama pada perkembangan macapat sebagai pengetahuan lisan. Hal itu yang menjadi tujuan utama dalam pembuatan aplikasi terbaru Udinus yakni E-macapatku. “Pengetahuan itu dibagi menjadi dua, pengetahuan lisan dan tulisan. Pengetahuan lisan kalau di era sekarang akan terlibas oleh pengetahuan tulis yang menarik dan mudah diserap oleh generasi muda. Orang-orang sepuh yang paham macapat tidak selamanya hidup, dan saat mereka meninggal pengetahuan lisan akan ikut hilang. Sehingga dengan emacapatku ini kami bisa menggali ilmu-ilmu yang terlisankan dan dapat ditulis kembali oleh anak-anak muda secara menarik,” ungkapnya.

Ia juga berujar bahwa dalam proses penelitian E-Macapatku, tidak hanya melibatkan dosen semata, namun mahasiswa juga terlibat dalam pembuatan emacapatku. Analisis dan desain dilakukan pihak dosen kemudian diimplementasikan mahasiswa yang nantinya juga akan menjadi skripsi mereka. Sejauh ini E-macapatku sudah mengembangkan dua software.

 

Yang pertama yaitu website emacapatku.com yang digunakan untuk mengunggah artikel macapat dan merekam macapat. Dengan adanya website emacapatku diharapkan menjadi ruang diskusi untuk umum. Software yang kedua merupakan aplikasi android E-macapatku. Aplikasi yang masih dalam tahap pengembangan nantinya bisa diunduh melalui Playstore.

“Aplikasi E-macapatku terbagi dua tipe nantinya yakni  gratis dan ada yang berbayar. Pendapatan dari aplikasi berbayar akan dibagi dua untuk Sobokarti (salah satu gedung kesenian di Semarang) dan pengembangan E-macapatku sendiri,” ujarnya.

 

Pada tanggal 3 Oktober 2018 nanti,  E-macapatku akan diperkenalkan dan sekaligus mengajarkan kepada masyarakat di Korea Selatan. Dalam acara tersebut nantinya, Emacapatku akan diseminarkan bersama dengan E-gamelanku dan wayang sotil yang merupakan karya dari mahasiswi Ilmu Komunikasi Udinus yakni Titah Banu Arum Mumpuni.

“Oktober nanti semoga produk yang mendekati sempurna ini akan kami bawa ke Korea Selatan. Akan diseminarkan dan ada pelatihan macapat, gamelan serta presentasi wayang. Sebagai bentuk bakti kami terhadap budaya Indonesia,” tutur Catur.

 

Sementrara itu, Kahumas Udinus, Agus Triyono, S.Sos, Msi berharap macapat yang selama ini berhenti berkembang, dapat menarik masyarakat untuk mempelajarinya kembali. Selain itu, juga menjadi inovasi bagi karya-karya film di Indonesia agar memiliki makna filosofi lokal. “Mereka (para kreator film)  dapat berkarya dengan  dengan mengambil dari filsafat pada macapat, atau lagu dengan filosofi lokal. Hal itu akan mengedukasi masyarakat nantinya yang sekarang banyak film-film yang kurang mendidik,” tutupnya. (*Humas Udinus/lex/AT/ Foto : Alex Devanda)