\Setelah meraih gelar akreditasi perguruan tinggi dengan nilai yang sempurna, Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) tidak lantas terlena. Selasa (27/11/2018) Udinus mengadakan sosialisasi Akreditas Perguruan Tinggi (APT) untuk semua jajaran pimpinan di kampus terakreditasi A tersebut.

 

Jajaran pimpinan yang memadati ruang rapat gedung H lantai 1 adalah seluruh Wakil Rektor, Dekan, Ketua Program Studi, serta Ketua Lembaga yang ada di Udinus. Sosialisasi APT yang diinisiasi oleh Kantor Penjaminan Mutu (KPM) Udinus ini ingin mendapat penjelasan mengenai APT 3.0 akreditasi online yang terbaru dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). “Untuk itu kami undangan anggota Majelis Akreditasi BAN-PT Dr Ir Setyo Pertiwi, M.Agr agar memberikan pencerahan mengenai akreditasi online dari BAN-PT ini,” tutur Prof Dr Supriadi Rustad, MSi Wakil Rektor I Udinus aat membuka kegiatan ini.

 

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Rektor Udinus Prof Dr Edi Noersasongko, M.Kom untuk turut menyimak penjelasan dari anggota Majelis Akreditasi BAN-PT. “Kami sangat serius dalam upaya meraih akreditasi A ini, karena banyak faktor pendukung  yang harus dipenuhi untuk mencapai nilai maksimal. Dan saat ini kami ingin terus mempertahankan kualitas dari akreditasi A yang kami raih itu,” tegas Edi dalam sambutannya.

Meski Udinus baru mendapatkan akreditasi pada 2017 lalu, yang artinya masih 4 tahun lagi baru akan menjalani re-akreditasi, namun Udinus ingin terus mempertahankan sekaligas meningkatkan kualitas yang dimiliki.
 

Setyo Pertiwi pun mengakui kegigihan Udinus dalam meraihnya, dan mengapresiasi kekompakan seluruh civitas akademika. Karena mendapat akreditasi A merupakan suatu tanggungjawab besar yang harus dipertahankan kualitasnya. “Setelah akreditasi dengan nilai maksimal A dapat diraih oleh suatu perguruan tinggi, sebuah universitas hendaknya fokus pada Akreditasi Program Studi (APS). Hal ini akan makin memantapkan akreditasi institusi A-nya,” jelas Setyo Pertiwi.

 

Nantinya untuk akreditasi 3.0 ini akan terdapat banyak perubahan. Jika instrument lama berbasis borang dan berorientasi input, maka instrument baru nanti akan berbasis evaluasi diri dan berorientasi outputs serta outcomes. “Dalam proses akreditas sendiri, membangun sistem lebih penting daripada mengedepankan luaran seperti lulusan maupun alumni. Jika sistem sudah terbangun dan matang, besar kemungkinan suatu program studi maupun perguruan tinggi bisa mendapat akreditasi A,” tandasnya. (*Humas Udinus/ning/AT/ Foto : Nining Sekar)