Di bulan Ramadan ini, Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswanya. Ngabuburit On TV yang biasanya dihadiri oleh Rektor Udinus Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom, pada Kamis (23/5/2019) digantikan oleh kaprodi Sastra Inggris Dr. Drs. Jumanto M.Pd. dan dihadiri oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Tengah Amir Machmud NS , Ketua MUI Jawa Tengah Dr. KH. Ahmad Darodji.

 

Acara yang diadakan di Masjid Baitul Ilmi Udinus ini mengangkat tema “Media Yang Menyejukkan Usai Pemilu” membahasa bagaimana media menjadi perantara dalam menyampaikan informasi-informasi mengenai pelaksanaan pemilu hingga pemilu usai. “Setelah pemilihan umum kemarin segala sesuatu yang terjadi baik pra atau sesudah pemilu tidak seheboh yang diberitakan. Tanggal 22 Mei adalah momen yang sudah ditunggu, nuansa pertama ada hasil pemilu, ada penolakan hasil dari KPU dan kemudian yang ada gagasan-gagasan yg disampaikan oleh elit politik,” papar Amir.

 

Dalam acara tersebut ia memaparkan bahwa sebagai media yang baik, seharusnya tidak berpihak dengan salah satu kubu. Media seharusnya bisa bersifat netral sehingga informasi-informasi yang disampaikan dapat dipertanggung jawabkan. “Media berusaha untuk memerankan diri baik online maupun cetak. Media seharusnya tidak boleh berpihak dengan lembaga tertentu sehingga tidak menunjukan berita-berita tertentu yang berpihak. Secara individu wartawan tidak ada jaminan untuk tidak berpihak. Namun di PWI menunjang segala berita yang disampaikan oleh wartawan atau jurnalis adalah fakta, bahwa itu benar menurut kacamata jurnalistik,” lanjut Amir.

 

Dengan adanya media masyarakat mampu memperoleh informasi-informasi yang diperlukan, namun tetap harus membatasi diri agar mampu menyaring berita yang berupa fakta dan bukan hoak. Jumanto mengatakan dengan adanya perkembangan digital, berita yang tidak benar mudah sekali disebarkan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. “Kita perlu prihatin lima tahun terakhir perkembangan digital sangat luar biasa. Dengan mudah masyarakat menyebarkan informasi melalui teks yang mungkin saja itu tidak benar. Sehingga perlu adanya polisi untuk mencegah huru hara digital, seperti digital army. Berbicara mengenai pesta demokrasi, masyarakat diberikan ruang seluas-luasnya. Namun pemerintah tetap harus tegas untuk menjaga keamanan,” ungkap Jumanto.

Media bisa menjadi alat untuk mendidik. Melalui penyampaian informasi yang sesuai, media bisa menjadi alat untuk menambah ilmu. “Media yang baik adalah objektif, sehingga informasi-informasi yang disampaikan adalah fakta dan dapat dipertanggungjawabkan,” tutur Kahumas Udinus, Agus Triyono M.Si. (*Humas Udinus/via/AT. Foto : Nuvia KHN)