Minat penonton film alternatif, khususnya di Semarang, bisa terbilang kurang, dan perlu adanya pemahaman lebih mengenai film alternatif tersebut. Itulah yang dilakukan Biro Mahasiswa program studi (prodi) Film dan Televisi (FTV) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) dalam even pertama mereka berjudul ‘Creathink’ pada Jumat (29/11) lalu.

 

Kegiatan berbentuk forum diskusi tersebut berlokasi di ruang auditorium gedung H lantai 7 Udinus. Dengan mengusung tema ‘Memetakan Selera Penonton Pemutaran Alternatif Di Semarang’, Creathink diikuti oleh kurang lebih 83 peserta yang berasal dari mahasiswa FTV dan umum itu, menghadirkan narasumber sineas muda asli Semarang, yaitu Wan Muhammad Fajar Sidiq. Pembina Biro FTV sekaligus ketua prodi FTV, Dr. Ruri Suko Basuki turut hadir dan memberikan sambutan.

 

Dalam sambutannya, Dr. Ruri menyampaikan rasa bangganya karena diberi kesempatan untuk menghadiri acara perdana biro FTV. Kegiatan diskusi seperti ini perlu dilakukan secara rutin, baik dalam skala kecil maupun menengah. “Prodi FTV ini berumur hampir 4 tahun tapi sudah bisa menjawab beberapa tantangan dan memberikan karya-karya yang membanggakan. Semoga biro FTV ini bisa secepatnya menjadi Himpunan Mahasiswa dan mengadakan kegiatan berskala lebih besar lagi,” ungkapnya bangga.

 

Even ini merupakan kegiatan pertama biro FTV setelah pada awal semester dilantik resmi oleh universitas. Selain pemaparan materi, peserta juga disuguhkan film pendek yang mengambil latar di desa Ngelanggren, Gunung Kidul, Yogyakarta. Minat penonton film alternatif di Semarang bisa dibilang cukup kurang, begitu pula dengan pemetaan selera penonton. “Dengan adanya forum diskusi ini diharapkan pemetaan bisa dilakukan lebih merata, dan minat masyarakat untuk menonton film alternatif bisa ditingkatkan dengan memilih film yang cocok untuk lingkungan mereka,” ujar Iqbal Setia Aji selaku ketua pelaksana.

 

Sementara itu, Wan Muhammad Fajar atau yang akrab disapa Fajar merupakan salah satu pendiri Hysteria, komunitas wadah pemutaran film alternatif. Film alternatif merupakan film-film yang tidak ditayangkan di bioskop. Menurutnya konsistensi merupakan kunci kesuksesan dalam pembuatan film alternatif. “Saya berharap seluruh mahasiswa FTV untuk semakin tekun, konsisten, tidak mudah menyerah dan tetap produktif untuk menghasilkan karya yang membanggakan dunia perfilman,” tutupnya. (*Humas Udinus/Haris. Foto : Haris Rizky)