Asian Health Litteracy Association (AHLA) Universitas Dian Nuswantoro kali ini bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Udinus untuk menyelenggarakan Seminar Daring. Seminar tersebut mengusung topik “Penanganan Tuberculosis (TB)¬ di era pandemi Covid-19” pada Kamis, 28 Mei 2020.
 
Dalam seminar daring yang menghadirkan tiga pembicara tersebut, AHLA Udinus juga bekerja sama dengan Perkumpulan Pemberantas TB Indonesia (PPT) serta Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Pesakmi). Diantaranya Dr. Avissena Dutha Pratama, Sp.P selaku Staf Divisi Pulmonologi dan Medik Kritis RSUP Dr. Kariadi dan Dokter mitra spesialis paru SMC Telogorejo, kemudian Diky Kurniawan Leonardo dari Perkumpulan Pendidik Sebaya, serta Dani Minarso, SKM yang merupakan Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Semarang.

Dalam seminar tersebut Dr. Avissena memaparkan pembahasan mengenai Tuberculosis (TB) di era pandemi saat ini. Seperti cara diagnosis dan juga tata laksana penanganan yang baik jika dirawat di rumah maupun harus menjalani rawat inap di rumah sakit. “Karena TB ini memiliki penularan yang paling tinggi, maka wajib menangani pasien dengan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, face shield dan juga Alat Pelindung Diri (APD), untuk pengambilan obat serta kontrol dilakukan dua bulan sekali, dengan catatan tetap terawasi dengan baik,” jelasnya.

Seminar daring yang dimoderatori oleh Dr. MG Catur Yuantari S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Udinus tersebut dihadiri kurang lebih 150 peserta dari berbagai daerah.  Diantaranya Cilacap, Jember, Tangerang, Boyolali dan Semarang. Antusias yang diberikan oleh peserta juga sangat baik terlihat dari banyaknya komentar dan pertanyaan dalam kolom chat Google Meet.

Pada penghujung acara Dani Minarso menyampaikan bahwa kasus TB saat ini terus menurun. Adapun beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang terdekat untuk mengantisipasi dan tetap mengobati pasien TB pada era pandemi ini. “Meski secara statistik jumlah pasien menurun, tapi gejalanya tetap penanganannya tidak boleh disepelekan, terlebih lagi pada era pandemi ini harus ada perubahan kegiatan untuk menangani penyakit TB. Seperti pemberian obat anti TB dengan interval waktu yang lebih panjang serta mengoptimalkan peran pendamping minum obat (PMO),” ungkap Dani. (*Humas Udinus/Haris. Dok. FKes Udinus)