“Kami turut bangga dengan Genose C19 karya dari Prof. Dr. Eng Kuwat Triyana, M.Si yang telah dipasarkan secara luas. Alat tersebut menjadi terobosan yang sangat brilian di masa pandemi ini,” ungkap Rektor Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom saat memberikan sambutannya di webinar yang mengupas mengenai alat pendeteksi Covid-19.

 

Prof. Edi juga mengungkapkan bahwa Udinus juga telah memiliki satu alat Genose C19 dan telah diuji coba beberapa hari lalu. Menurut Prof. Edi, alat yang diinisiasi oleh Prof. Kuwat menjadi brilian dikarenakan dalam proses deteksi covid-19, masyarakat tak perlu melukai dan tak membutuhkan rasa sakit seperti tes deteksi selama ini.

“Selama ini jika swab antigen, PCR dan tes rapid membuat masyarakat takut dan membuat tak nyaman. Kami apresiasi setinggi-tingginya untuk karya Prof. Kuwat yang dahulunya juga dosen di Udinus,” ungkapnya.

 

Webinar yang mengupas mengenai Genose C19 mulai dari awal mula gagasan, proses  uji coba hingga cara penggunaan, diikuti oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof. Dr. Supriadi Rustad M.Si, Wakil Rektor II bidang Umum dan Keuangan, Prof. Dr. St Dwiarso Utomo S.E., M.Kom., Akt, CA. dan Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan, Dr. Kusni Ingsih, MM.

Tak hanya Rektor hingga jajaran Wakil rektor saja, namun dosen dan mahasiswa Udinus juga turut hadir menyaksikan dan aktif bertanya mengenai alat tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara daring melalui zoom dan live di channel youtube Fakultas Teknik.

 

Sementara itu, Inventor Genose C19, Prof. Dr. Eng Kuwat Triyana, M.Si mengatakan bahwa alat yang ia bersama timnya buat sangat dominan memainkan peran artificial intelligence (AI). Menurut Prof. Kuwat, GeNose mendapatkan tiga momentum yang tepat, pertama Genose berada di Era digital 4.0, kedua menjadi  solusi masalah bangsa yaitu pandemi covid-19, dan ketiga sesuai dengan arahan Presiden Republik Indonesia.

“Peran AI akan terus berlangsung untuk puluh tahun ke depan dan menjadi jawaban dari berbagai masalah yang ada,”  kata Profesor asal Universitas Gadjah Mada (UGM).

 

Ia juga berpesan kepada para peneliti di Indonesia, setelah penelitian berhasil dipasarkan, agar peneliti kembali ke laboratorium dan kembali melakukan penelitian. Ia menghimbau agar peneliti tidak ikut dalam proses pemasaran produk dan hal itu diserahkan sepenuhnya kepada distributor.

“Kalau saya melihat rekan-rekan peneliti yang juga menjadi pengusaha alat yang mereka ciptakan, akhirnya tidak jadi perusahaan besar. Saya sarankan setelah penelitian selesai lakukan penelitian yang mensuport itu, soal bisnis serahkan ke ahlinya,” tutup Prof. Kuwat. (Humas Udinus/Alex. Foto: Alex Devanda)