Manusia dan lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, kondisi lingkungan sangat erat dengan kualitas hidup manusia. Menyikapi hal tersebut, Program Studi (prodi) Kesehatan lingkungan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) menggelar kuliah umum di ruang D1 pada Kamis (13/4).
 
Dalam sambutannya, Dr. Guruh Fajar Shidik, M.CS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Udinus menyinggung beberapa masalah kerusakan lingkungan yang terjadi. Serta meminta mahasiswa untuk selalu mengikuti perkembangan persoalan serta IPTEK bidang lingkungan, sehingga ketika lulus nanti mempunyai kompetensi yang mampu bersaing di dunia kerja.
 
Pada kuliah umum ini menghadirkan Drs. Bambang Wispriyono., PhD, Ketua Environmental Health Specialist Association (EHSA). Dibahas isu-isu terbaru kesehatan lingkungan termasuk peran ahli kesehatan lingkungan untuk memecahkan persoalan lingkungan.
 
“Ahli kesehatan lingkungan selain harus punya kemampuan teknis untuk pengukuran dan pengendalian faktor risiko lingkungan juga dituntut untuk bisa melakukan advokasi pada pengambil kebijakan tentang persoalan lingkungan di wilayahnya,” begitu salah satu pesan yang disampaikan Bambang Wispriyono kepada peserta kuliah umum.
 
Kemajuan teknologi sekarang sering mengakibatkan masalah lingkungan, oleh karenanya dibutuhkan tenaga yang bertugas mengawasi dan mengamankan lingkungan sesuai dengan standar yang ada. “Prodi S1 Kesehatan Lingkungan FKes Udinus selalu mendekatkan proses pembelajarannya dengan persoalan di lapangan, sehingga harapan kompetensi tenaga yang siap dapat tercapai,” papar Ketua Prodi S1 Kesling, Dr. Drs. Slamet Isworo, M.Kes.
 
Sementara para mahasiswa mendapatkan kuliah umum, di ruangan yang sama sehari sebelumnya (12/4) para dosen Fakultas Kesehatan Udinus juga mendapatkan pelatihan menulis dari Drs. Jozep Edyanto, SE selaku Direktur Penerbit Graha Ilmu. “Menulis bukan sekedar untuk kenaikan jabatan atau akreditasi, tapi juga mendapatkan pengakuan sebagai ahli di bidang ilmu tersebut,” papar Jozep. Selain menjelaskan tentang prosedur penerbitan buku, disampaikan pula tips untuk mulai menulis dan menerbitkan buku. Menurut Jozep, dosen punya kesempatan luas untuk menulis dengan pengalaman ilmiah dan penelitian yang dipunyai, namun demikian jarang yang kemudian menghasilkan buku.
 
Pelatihan ini diikuti oleh dosen Fakultas Kesehatan dan pustakawan Udinus. Panitia penyelenggara, Dr. MG Catur Yuantari, menyampaikan dosen banyak memiliki modul. “Alangkah baiknya jika modul kuliah atau buku ajar bisa diterbitkan, sehingga lebih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” tutupnya. (*humas)