Penyakit tuberkulosis atau yang lebih dikenal dengan TB kini mengalami peningkatan kasus setiap tahunnya di Indonesia tak terkecuali di Jawa Tengah (Jateng). Perlu peningkatan skrining, dan inovasi pengobatan untuk pasien TB untuk mencegah kenaikan kasus setiap tahunnya. Melalui di launching-nya Sistem Distribusi Kerentanan Penyakit Tuberkulosis (SDKPT) ‘Panglima Sudirman’, Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Dian Nuswantoro berupaya untuk memberantas TB di Jateng.
Sistem Percepatan Penurunan Penyakit Menular itu merupakan salah satu hasil dari program Kedaireka yang digagas oleh pemerintah. Program ini memanfaatkan Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) dan Semar Betul serta dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk menilai kerentanan penyakit TB di wilayahnya.
Pada proses kerjanya sistem ini, petugas puskesmas melakukan entry data di SITB dan ditambahkan beberapa variabel penyebab kerentanan kasus TBC. Variabel itu seperti sikap, stigma yang ada, literasi hingga kondisi rumah. Kemudian, Data-data tersebut ditambahkan dengan data primer dan dapat menentukan kerentanan kasus TB di suatu wilayah.
Nama ‘Panglima Sudirman’ merupakan sebuah akronim dari ‘Program Percepatan Penurunan Penyakit Menular Melalui Sistem Distribusi Kerentanan Penyakit Tuberkulosis’. Selain itu juga, meneladani semangat Jenderal Sudirman yang tetap semangat membela merah putih walaupun mengalami sakit TB.
Peneliti SDKPT ‘Panglima Sudirman’ Dr. MG. Catur Yuantari, S.K.M., M.Kes., menjelaskan bahwa sistem tersebut dapat menghasilkan sebuah data pemetaan dalam bentuk info grafis kerentanan yang ada di suatu wilayah.
Ia menjelaskan bahwa sistem itu akan menunjukkan sebuah kerentanan yang digambarkan dengan berbagai warna tertentu. seperti contoh jika data menunjukkan warna hitam maka menggambarkan kasus TB tertinggi. Ungkap Dr. Catur Yuantari, Setelah itu, sistem secara otomatis akan menunjukkan langkah-langkah pencegahannya.
“Sistem diluncurkan pada akhir tahun ini, telah berbasis Artificial Intelligence dan memudahkan dalam penanganan kasus TB. Sistem akan bekerja dengan cepat dan tepat, tentunya sistem ini sangat membantu DKK Semarang,” jelasnya.
Pada proses pengerjaannya, Dr. MG. Catur Yuantari, S.K.M., M.Kes., bersama tim dan mitra DKK Semarang membutuhkan waktu pengerjaan sekitar 8 bulan. Beberapa tantangan dihadapi oleh tim dalam proses pengerjaan dan proses input data, salah satunya masih minimnya sinkronisasi data yang telah ada dengan di lapangan.
“tantangan kami pada proses mengambil data untuk digunakan sebagai data primer. Namun semuanya dapat teratasi dengan kerja sama yang baik antara Udinus dan mitra-mitra kami salah satunya DKK Semarang,” kata Dr. MG. Catur Yuantari, S.K.M., M.Kes., saat diwawancara mengenai launching sistem SDKPT.
Launching Sistem Distribusi Kerentanan Penyakit Tuberkulosis dilakukan di Hotel Grasia Semarang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp. PD, Dekan FKes Udinus, Enny Rachmani, S.K.M., M.Kom., Ph.D. Peneliti SDKPT ‘Panglima Sudirman’ Dr. MG. Catur Yuantari, S.K.M., M.Kes., dan Anggota DPRD kota Semarang, Anang Budi Utomo.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp. PD turut hadir dan meresmikan SDKPT mengaku senang dengan adanya sistem tersebut. Dr. Hakam juga berharap melalui sistem yang rancang oleh Udinus dapat menurunkan kasus tuberkulosis di Jawa Tengah.
Kami harapkan ke depannya sistem ini dapat mewujudkan zero TB di Jateng. Kami pun akan memantau hasil dari penggunaan sistem SDKPT ‘Panglima Sudirman’ ini,” harapnya. (Humas Udinus/Alex. Foto: Humas Udinus)