Penggunaan second account di satu media sosial khususnya Instagram yang dilakukan oleh generasi muda saat ini, kini jumlahnya semakin meningkat. Pasalnya berbagai bahaya juga mengintai bagi generasi muda yang memiliki banyak akun dalam satu media sosial. Hal itu yang menjadi sorotan bagi Psikolog Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Damar Anggiafitri Yulissusanti, SPsi, MPsi, Psikolog.

Penggunaan media sosial saat ini digunakan sebagai ruang berekspresi bagi generasi muda. Menurut survei dari salah satu majalah di Indonesia, menyebutkan bahwa sebanyak 46 persen remaja memiliki second account pada Instagram. Survei tersebut melibatkan sekitar 300 responden yang diambil secara acak.

Menurut Anggi sapaan akrab dari psikolog di Udinus Career Center, melalui second account, seseorang menjadi lebih bebas dalam mengekspresikan diri. Mereka juga lebih terbuka dalam berbagi mengenai kesehariannya. Selain itu, penggambaran image seseorang menjadi salah satu alasan generasi muda memiliki second account.

“Pastinya ada banyak pertimbangan-pertimbangan, salah satunya ingin memiliki image yang beda. Sifat asli mereka kalem, tapi ketika ingin image-nya beda makanya dia bikin akun lain supaya dia lebih bebas mengekspresikan dirinya,” ungkapnya.

Berkurangnya kepercayaan diri generasi millennial menjadi salah satu dampak lain yang ditimbulkan dari second account. Hal itu karena mereka lebih nyaman menutupi jati diri yang sebenarnya. Kurangnya kepercayaan diri dapat berakibat pada membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

“Biasanya orang-orang kalau posting di media sosial menampilkan sesuatu yang menyenangkan. Saat melihat postingan semacam itu, seseorang tanpa sadar akan membandingkan dirinya dengan orang lain. Adanya tindakan membandingkan diri menjadi salah satu penyebab gangguan mental atau mempengaruhi kesehatan mental,” jelasnya.

Lanjut Anggi, dengan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, seseorang dapat dengan mudah merasa sedih hingga depresi. Terlebih, Fear of Missing Out (FOMO) atau takut tertinggal tren juga semakin memperparah kestabilan mental seseorang dalam menggunakan media sosial.

LAYANAN KONSULTASI: Psikolog Udinus Anggi saat memberikan konsultasi ke mahasiswa di ruang serbaguna gedung D lantai 1 Udinus
Bahaya Curhat di Medsos

Selain penggunaan second account, Anggi tak memungkiri jika ada beberapa orang memanfaatkan media sosial untuk mencurahkan isi hatinya. Umumnya, orang yang blak-blakan soal kehidupan pribadinya di media sosial memiliki tujuan untuk mendapatkan perhatian yang belum ia dapatkan di kehidupan nyata.

Menurutnya terlalu sering curhat di media sosial ternyata tidak selalu mendapatkan respon positif. Bahkan, sering curhat di media sosial perlu ada penanganan lebih lanjut. Ia menyarankan agar cerita permasalahan pribadi dapat dilakukan teman dekat atau ke tenaga profesional yang dapat mendengarkan cerita.

“Di media sosial mereka bisa mengeluarkan unek-uneknya, dengan komen atau DM dia merasa ada yang mendengar. Daripada mengeluarkan unek-unek di media sosial lebih baik carilah orang yang benar-benar bisa mendengarkan, karena mereka lebih baik dan bisa membantu secara nyata,” kata Anggi. (Humas Udinus/Alex. Foto: Dok. UCC)