Amelia Syafira – Mahasiswi Program Sarjana Terapan Film dan Televisi Udinus
Sejak duduk di bangku SMA, Amelia Syafira sudah menyukai dunia perfilman dan penceritaan. Bagi mahasiswi Program Sarjana Terapan Film dan Televisi (FTV) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) itu, melalui media audiovisual ia dapat mencurahkan perasaannya.
Berkeinginan menjadi seorang Filmmaker, akhirnya perempuan yang akrab disapa ‘Ameng’ itu membuat satu keputusan besar. Yaitu menekuni bidang FTV dan memilih Udinus sebagai tempatnya belajar untuk memulai kiprahnya di dunia perfilman.
“Udinus merupakan penyelamat saya perihal mencari kampus dan menata masa depan. Apalagi, ada jurusan FTV yang sesuai tujuan dan cita-cita saya. Lokasinya strategis dan mudah diakses,” ungkapnya.
Selama berkuliah, perempuan kelahiran 2004 itu mengungkapkan mendapat banyak ilmu yang ia jadikan sebagai bekal dalam bersinema. Contohnya, tentang menjadi produser atau sutradara, penyusunan naskah, hingga distribusi film. Di Udinus, ia mengaku mendapat relasi yang lebih luas sehingga bisa bertukar pikiran tentang perfilman.
Memasuki tahun kedua di bangku perkuliahan, Ameng semakin menunjukkan pesonanya dalam prestasi perfilman. Beberapa prestasi dan gelar juara pernah diraihnya. Salah satunya pada ajang ‘Semarang Gawe Film 2023’, karyanya berhasil lolos pendanaan hingga berhasil menyabet Juara pertama untuk kategori Ansambel Pemain Terbaik.
“Untuk sampai di titik itu butuh perjuangan yang banyak, begadang, terpontang-panting untuk konsultasi, dan menyiapkan segalanya. Saya tidak ingin mengecewakan siapapun, maka dari itu saya bertekad untuk tidak menyerah dan menyelesaikan tugas saya,” jelasnya.
Selain itu, ia juga berhasil memenangkan juara pertama kategori ‘Best Short Documentary’ pada ajang 2nd Golden Semar Award, yang diselenggarakan oleh Institusi Seni Indonesia, Yogyakarta dengan karyanya yang berjudul ‘Negeri di Dalam Samudera’.
Tantangan Produksi
Selama proses produksi karya, ia menuturkan tetap ada beberapa kendala. Dari ide yang belum sempurna, hingga statement yang belum terlalu kuat.
“Selain itu kendalanya juga bisa soal waktu pelaksanaan produksi. Entah persiapan yang cukup tricky, cuaca tak menentu, dan faktor lainnya juga. Biasanya, saya berdiskusi sejenak dan dengarkan pendapat dari rekan 1 tim yg lain,” ujarnya.
Meskipun begitu, Ameng tetap semangat untuk selalu melahirkan karya-karya yang menakjubkan di kancah perfilman dan menggapai mimpinya menjadi seorang filmmaker. Ia juga berpesan kepada teman-teman mahasiswa untuk tidak menyerah.
“Jangan pernah menyerah, karena kita tidak tahu apa yang terjadi di depan. Seperti lirik lagu ‘Bayangkan Jika Kita Tidak Menyerah’ karya Hindia yang berbunyi. Jangan mudah puas atau putus asa, sejatinya kita hidup untuk terus berkembang maupun belajar menyerap banyak hal,” tutupnya. (Humas Udinus/Ika. Foto: Humas Udinus)