Puluhan dosen Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) baru-baru ini berpartisipasi dalam Training of Trainers (ToT) asesor Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) tipe A. Pelatihan ini merupakan langkah lanjut setelah seminar sebelumnya yang diadakan untuk semua program studi di Udinus.
ToT yang diikuti sekitar 40 dosen dari berbagai program studi ini berlangsung di ruang rapat Gedung H lantai 1 dan dibuka oleh Kepala Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Karier (LPPK) Udinus, Dr. Pujiono, SSi., M.Kom.
Pelatihan ini difasilitasi oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, dengan narasumber Unggul Wasiwitono, S.T., M.Eng.Sc., Dr.Eng. Materi yang disampaikan mencakup pemahaman mendalam tentang RPL tipe A, yang merupakan sistem pengakuan terhadap capaian pembelajaran seseorang.
RPL memungkinkan pengakuan capaian dari berbagai bentuk pendidikan—baik formal, nonformal, informal—dan pengalaman kerja. Sistem ini digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan formal serta menyetarakan dengan kualifikasi tertentu.
Dalam wawancaranya, Dr. Pujiono menjelaskan bahwa ToT ini akan membekali dosen dengan kemampuan untuk menilai calon mahasiswa yang mendaftar melalui jalur RPL.
“Calon mahasiswa yang mendaftar melalui RPL harus memiliki latar belakang yang sesuai dengan program studi yang dipilih atau relevan dengan pekerjaan mereka. Ini bertujuan agar SKS yang diakui bisa lebih maksimal,” jelasnya.
Dr. Pujiono juga menekankan pentingnya integritas dalam proses asesmen. “Dosen harus menjalankan tugasnya dengan standar kualifikasi yang sudah ditetapkan dan menjaga integritas tinggi dalam setiap penilaian,” tambahnya.
Manfaat Program RPL
Unggul Wasiwitono menambahkan bahwa pelatihan ini juga memaparkan kebijakan pelaksanaan RPL secara komprehensif. “Kami memastikan bahwa seluruh proses RPL dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya.
Selain itu, dosen diberikan panduan rinci tentang pengisian borang, mekanisme, dan prosedur assessment yang harus dilakukan untuk memastikan kelancaran pelaksanaan RPL.
Dosen dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu juga mencatat bahwa program RPL menjadi solusi bagi banyak siswa SMA yang terpaksa bekerja dan tidak dapat melanjutkan pendidikan tinggi.
Selain itu, program ini juga membantu mahasiswa yang putus studi karena kendala biaya, dengan mengakui pengalaman kerja mereka sehingga tidak perlu mengambil semua mata kuliah di perguruan tinggi.
“Program RPL ini, secara filosofi, dirancang untuk memfasilitasi masyarakat yang mengalami kendala dalam melanjutkan pendidikan tinggi,” pungkas Unggul. (Humas Udinus/Alex. Foto: Humas Udinus)