Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz., M.Gizi., - Pakar Gizi Dosen Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Udinus
Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari, pakar gizi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz., M.Gizi., menyoroti pentingnya asupan nutrisi yang sesuai untuk menunjang tumbuh kembang anak. Menurutnya, pemenuhan nutrisi yang seimbang menjadi kunci utama dalam mendukung fase pertumbuhan anak, khususnya di masa emas atau Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Nutrisi yang tepat itu adalah nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu, termasuk anak-anak. Kebutuhan nutrisi ini bergantung pada usia, tingkat aktivitas, hingga kondisi kesehatan,” ungkap Vilda.
Lebih lanjut, Dosen Program Sarjana Kesehatan Masyarakat itu menjelaskan bahwa konsep ‘empat sehat lima sempurna’ yang dulu digunakan sebagai acuan pemenuhan gizi kini sudah tidak relevan lagi. Sejak tahun 2014, konsep tersebut digantikan oleh pedoman gizi seimbang.
“Gizi seimbang itu tidak hanya tentang kuantitas makanan, tetapi juga kualitasnya. Ada panduan yang jelas, termasuk Isi Piringku B2SA atau yang dijabarkan menjadi Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman,” imbuhnya.
Ia menambahkan bahwa pemenuhan nutrisi pada anak harus mendapat perhatian khusus. Dalam seribu HPK, yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, pemenuhan gizi menjadi periode kritis.
“Di masa itu, tubuh dan otak anak berkembang pesat. Jika kebutuhan gizinya tidak terpenuhi, dampaknya akan dirasakan di kemudian hari. Anak bisa mengalami gangguan fisik maupun kognitif,” ujarnya.
Ajakan untuk Masyarakat
Vilda mengingatkan bahwa banyak kasus kekurangan gizi yang baru disadari ketika anak sudah memasuki usia remaja. Sering kali orang tua beranggapan bahwa, ‘nanti juga anak akan tumbuh sendiri’. Padahal, dampak dari kurangnya asupan gizi di masa emas tidak bisa diperbaiki sepenuhnya. Fisik dan kecerdasan anak bisa terhambat secara permanen.
Sebagai langkah antisipasi, ia menyarankan masyarakat untuk tidak hanya mengutamakan kuantitas makanan, tetapi juga memperhatikan kualitasnya. Kebiasaan makan hanya sekadar kenyang, seperti nasi dengan indomie goreng, perlu diubah. Itu hanya memberikan karbohidrat tanpa memenuhi kebutuhan protein, vitamin, dan mineral.
“Jika dilakukan terus-menerus, dampaknya akan terasa dalam jangka panjang. Seribu HPK dikenal dengan istilah window of opportunity harus menjadi perhatian khusus orang tua dalam memberikan asupan gizi anak,” jelas Vilda.
Dalam momentum Hari Gizi Nasional, Vilda mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap asupan gizi keluarga, khususnya pada anak-anak. Ia menekankan pentingnya pola makan yang seimbang dengan komposisi yang mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam setiap sajian.
“Makan itu tidak hanya soal kenyang, tetapi juga memastikan kualitasnya. Pastikan makanan yang dikonsumsi beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Dengan begitu, tumbuh kembang anak bisa optimal,” pungkasnya.
Hari Gizi Nasional menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya peran nutrisi dalam menjaga kesehatan, khususnya bagi generasi penerus bangsa. Dengan pola makan yang tepat, diharapkan anak-anak Indonesia bisa tumbuh sehat dan cerdas. (Humas Udinus/Alex. Foto: Dok.Pribadi)