Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Dr. Drs. Slamet Isworo, M.Kes., dosen Fakultas Kesehatan (Fkes) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), mengungkapkan bahwa bakteri indigenous dapat digunakan secara efektif dalam proses bioremediasi untuk menurunkan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan amonia dalam limbah cair Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bajomulyo, Juwana-Pati.
Dalam penelitian yang diterbitkan di Microbiology Research Journal International, Dr. Slamet Isworo bersama mahasiswi dari Fkes Udinus, Novy Cantika Dewi menguji efektivitas bakteri lokal dalam mengurai pencemar organik. Ia menemukan bahwa Isolat 2, yang memiliki kemiripan 99% dengan bakteri Streptomyces heilongjiangensis strain FREP 14, menunjukkan potensi terbaik dalam menurunkan kadar COD dan ammonia.
Hasil penelitian yang diuji, menunjukkan bahwa parameter COD berhasil dikurangi dari 6.666,7 mg/L menjadi 5.566,7 mg/L, sementara kadar amonia turun dari 34,2 mg/L menjadi 13,3 mg/L.
“Penurunan ini sangat signifikan, membuktikan bahwa bakteri indigenous bisa menjadi solusi alami dalam pengolahan limbah TPI yang selama ini belum optimal,” jelasnya.
Menurut Dr. Slamet, TPI Bajomulyo mengalami permasalahan sanitasi akibat tidak adanya pengolahan limbah yang memadai. Limbah yang berasal dari aktivitas pencucian dan pemotongan ikan sering kali dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan yang tepat.
“Jika tidak ditangani, pencemaran ini dapat berdampak buruk pada ekosistem perairan dan kesehatan masyarakat sekitar,” katanya.
Dalam penelitian itu, tim menggunakan metode eksperimen dengan proses isolasi dan seleksi bakteri sebelum dilakukan identifikasi menggunakan analisis genetik molekuler.
“Kami memastikan bahwa bakteri yang digunakan adalah bakteri asli dari lingkungan setempat agar proses bioremediasi lebih efektif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Dr. Slamet berharap hasil penelitian tersebut, bisa menjadi dasar bagi pengelola TPI dan pemerintah daerah dalam menerapkan teknologi bioremediasi sebagai solusi ramah lingkungan dalam mengatasi pencemaran limbah perikanan.
“Kami siap bekerja sama untuk penerapan lebih lanjut agar lingkungan tetap terjaga tanpa menghambat aktivitas ekonomi nelayan,” pungkasnya. (Humas Udinus/Alex. Foto: Humsa Udinus)