Dr Rochayah Machali dosen dari School Of Humanities & Languages University Of New South Wales (UNSW) Australia mengisi kuliah umum di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) pada Senin (10/10) 2016 kemarin pukul 11.00 WIB di Gedung G lantai 3. Kuliah umum yang membahas masalah profesi penerjemah ini diikuti oleh sekitar 50 mahasiswa semester 5 dari program studi S1 Sastra Inggris dan S1 Sastra Jepang Udinus.

Pekerjaan menyalin bahasa ini bisa dibilang susah-susah gampang. Seorang translator atau interpreter tidak hanya mengalihbahasakan suatu kosakata ke dalam bahasa lain, melainkan juga harus menguasai kebudayaan, ideologi dan aturan dari penerbit yang bukunya hendak di alihbahasakan. Seperti dicontohkan penulis buku “pedoman bagi penerjemah” ini tentang penerjemah novel populer Harry Potter. Penerbit memberikan aturan khusus untuk penerjemah bahwa beberapa frasa dan kata yang ada di dalam novel tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Sudah lebih dari 20 tahun Rochayah menekuni bidang alih bahasa di UNSW Australia. “Sampai saat ini pun saya masih terus belajar karena bahasa itu terus berkembang. Terutama bahasa dialek, bahasa dialek adalah bahasa yang sangat sulit penerjemahannya,” tutur Rochayah.

Agus Sri Giyanti salah satu peserta kuliah umum sangat antusias merekam isi materi yang disampaikan Rochayah. Ia jadi tahu bahwa seorang translator atau interpreter tidak boleh menggunakan perasaan dalam menjalankan profesinya. “Translator harus paham konteks kalimat dan tidak boleh pakai perasaan saat menerjemahkan bahasa,” jelas Agus mengulangi materi yang disampaikan Rochayah.

Malam harinya Senin (10/10) pukul 19.00 WIB, FIB Udinus melangsungkan Web dan Seminar (Webinar) dengan ahli leksikografi Dr. Deny Kwary  pengembang Oxford Dictionaries dari Indonesia. (*humas)

 

INTERPRETER : Pemateri dari UNSW Australia, Dr Rochayah, memberikan materi tentang bagaimana menjadi interpreter yang mumpuni bagi mahasiswa FIB Udinus, Senin (10/10). Foto : Meyta Adelianah.