Perjalanan Raka Radhitia Oktavianto, alumni Program Sarjana Ilmu Komunikasi (Ilkom) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) hingga menjadi seorang penerjemah di AQUA CO.,Ltd Kota Kitakyushu, Prefektur Fukuoka, Jepang tidaklah mudah. Alumni yang lulusan tahun 2019 itu harus melalui serangkaian perjalanan panjang untuk sampai di titik ini. Namun, ia tidak menyerah dan terus gigih belajar tentang Bahasa Jepang.
“Awalnya saya masuk ke salah satu Lembaga Pendidikan Bahasa Jepang untuk belajar, mulai dari hurufnya, pola kalimat, dan lain-lain. Saya juga melanjutkan sendiri untuk belajar otodidak melalui youtube, aplikasi pembelajaran, dan buku-buku,” ungkap pria yang akrab disapa Raka itu.
Sertifikasi JFT Basic sudah dikantongi Raka sejak Agustus 2020 dan, sebelum menjadi penerjemah, ia sempat bekerja di bidang pertanian labu di Hokkaido pada Mei 2023 sembari belajar.
Tidak lama setelah itu, kegigihan berhasil membawanya meraih Sertifikat Bahasa Jepang JLPT Level N2. Sertifikat itulah yang wajib dimiliki untuk mengibarkan kariernya sebagai penerjemah yang dimulai sejak November 2023 tahun lalu.
Pria kelahiran 1996 itu mendeskripsikan pekerjaannya berfokus membantu kebutuhan dasar para pekerja indonesia di Jepang. Misalnya ketika mengalami kesulitan menyelesaikan masalahnya, utamanya yang membutuhkan komunikasi dengan Bahasa Jepang.
“Dalam situasi lain ketika perusahaan ingin mengajak karyawan berwisata, makan bersama atau membuat event, saya akan menjadi penerjemah bagi perusahaan dan pekerja Indonesia. Lingkup penyebaran pekerja yang perusahaan saya tangani mencakup seluruh Pulau Kyushu hingga Osaka, tapi saat ini saya hanya bertugas di Pulau Kyushu,” jabarnya.
Mempersiapkan Diri Terjun di Bidang Profesional
Menurut alumni yang hobi membaca buku tersebut, untuk bisa terjun ke dunia industri sesuai dengan passionnya membutuhkan dedikasi tinggi untuk dicurahkan. Menjadi penerjemah profesional tidak hanya dibuktikan dengan mengerti dialog tanpa subtitle, sertifikasi bahasa menjadi kunci utama dan juga mendapat teman dari negara lain.
“Skill penting yang dibutuhkan sebagai penerjemah profesional adalah kemampuan untuk bisa menerima, mengolah, dan menyampaikan pesan dengan baik dan benar. Sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi agar komunikasi kedua belah pihak berjalan dengan lancar,” ujarnya.
Meskipun program studi yang diambil pada Sarjana adalah Ilmu Komunikasi, bukan Bahasa Jepang, Raka mengaku tetap ada ilmu-ilmu yang bisa diterapkan. Misalnya pada mata kuliah komunikasi interpersonal untuk berkomunikasi dengan para pekerja Indonesia.
Hingga mata kuliah public speaking untuk membantunya percaya diri berbicara di depan umum. Begitu juga mata kuliah story telling yang membuatnya sadar bahwa manusia dapat digerakkan melalui emosinya.
Ke depannya, ia berharap dapat terus meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang. Sampai di tahap orang Jepang sama sekali tidak kebingungan dengan maksud dari ucapannya.
“Harapan saya semakin banyak orang Indonesia yang mau mempelajari bahasa asing terutama Jepang agar bisa membuka berbagai peluang lain yang lebih besar,” tutupnya. (Humas Udinus/Ika. Foto: Humas Udinus)