Fakultas Kesehatan (Fkes) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) menggelar sharing dan diskusi mengenai akreditasi program studi kesehatan masyarakat dengan instrumen terbaru yang mengalami perubahan. Kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan dari 12 perguruan tinggi di Jawa Tengah dan DIY.
Perubahan itu terlihat pada instrumen akreditasi yang sebelumnya, sembilan kriteria menjadi delapan kriteria. Informasi itu, disampaikan pada pertemuan yang digelar di ruang rapat Gedung H lantai 1 Udinus.
Salah satu pemateri dalam diskusi itu, Prof. Dr. Besral, SKM, MSc dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa akreditasi program studi kesehatan masyarakat dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM PTKes). Ungkapnya, Mulai tahun 2025, instrumen akreditasi mengalami perubahan dari sembilan menjadi delapan kriteria.
“Namun, yang lebih penting bukan jumlah kriterianya, melainkan pergeseran pendekatan yang sebelumnya kuantitatif kini menjadi murni kualitatif,” ujarnya, Selasa (25/02/2025)
Lebih lanjut, Prof. Besral menekankan bahwa dalam skema terbaru itu, program studi harus lebih mengedepankan pelaksanaan PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) dalam konteks mutu yang berkelanjutan. Ia juga menyoroti perbedaan signifikan dalam persyaratan akreditasi unggul. Menurutnya pada persyaratan terdahulu ada syarat mutlak seperti uji kompetensi dan OSCE yang harus mencapai minimal 80 persen untuk mendapat predikat unggul.
“Sekarang tidak ada lagi syarat mutlak tersebut, sehingga setiap program studi memiliki peluang lebih besar meraih predikat unggul,” jelasnya.
Perkembangan Akreditasi Bidang Kesmas
Dekan Fakultas Kesehatan Udinus, Enny Rachmani, S.K.M., M.Kom., Ph.D., menyambut baik diskusi itu sebagai langkah antisipasi terhadap perkembangan akreditasi di bidang kesehatan masyarakat. Menurutnya, ilmu kesehatan masyarakat menghadami berbagai tantangan besar.
“Alhamdulillah, kita bisa berkumpul hari ini untuk menyikapi berbagai perkembangan dalam ilmu kesehatan masyarakat. Hal itu menjadi tantangan besar, terutama dalam transformasi kurikulum di era big data,” katanya.
Enny menekankan pentingnya kesiapan dosen dalam membimbing mahasiswa agar kompetensi lulusan tetap relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan adanya diskusi tersebut, diharapkan setiap perguruan tinggi dapat lebih siap menghadapi perubahan sistem akreditasi. Selain itu juga mampu meningkatkan kualitas pendidikan di bidang kesehatan masyarakat secara berkelanjutan.
“Kita dulu diajar di masa lalu, tapi kita harus mengajar mahasiswa yang akan berkiprah di masa depan. Ini tantangan luar biasa. Oleh karena itu, mari kita bersinergi untuk memastikan lulusan kesehatan masyarakat memiliki kompetensi yang sesuai dengan eranya,” pungkasnya. (Humas Udinus/Alex. Foto: Humas Udinus)