Seorang pasien mengalami komplikasi serius saat menjalani operasi pembuluh darah otak akibat kurangnya visualisasi anatomi yang detail. Kasus itu menunjukkan betapa pentingnya teknologi dalam membantu dokter memahami struktur kompleks otak sebelum melakukan tindakan bedah.
Menjawab tantangan tersebut, dosen Teknik Biomedis Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Menik Dwi Kurniatie, S.Si., M.Biotech., mengembangkan model tiga dimensi (3D) pembuluh darah otak. Model yang dinamakan Brain Anatomi atau ‘Braintomi’ itu digunakan untuk meningkatkan akurasi pelatihan dan perencanaan operasi bedah saraf.

Dalam penelitian yang kini telah dipublikasikan di Journal of Electronics, Electromedical Engineering, and Medical Informatics edisi Januari 2025, Menik dan timnya memanfaatkan teknologi pencitraan MRI yang dikombinasikan dengan pencetakan 3D.
“Model ini dirancang agar dokter dapat memahami struktur pembuluh darah secara lebih akurat dan melakukan simulasi operasi sebelum tindakan sebenarnya dilakukan. Karena gambar MRI 2D seringkali kurang memberikan gambaran spasial yang jelas, terutama untuk kasus-kasus kompleks,” tuturnya.
Proses penelitian yang ia dan tim lakukan melibatkan segmentasi gambar dari data MRI. Data itu kemudian diolah menggunakan perangkat lunak khusus untuk membentuk model digital pembuluh darah otak. Model tersebut lalu dicetak menggunakan teknologi Stereolithography Apparatus (SLA) dan Fused Deposition Modeling (FDM).
“Hasilnya adalah replika pembuluh darah dengan detail yang menyerupai aslinya. Teknologi ini diharapkan dapat mengurangi risiko kesalahan selama operasi. Dengan mengidentifikasi tantangan yang mungkin terjadi saat operasi dan menentukan strategi terbaik untuk mengatasinya,” imbuh Menik.

Sebagai informasi, inovasi tersebut juga menggandeng dua mahasiswa Program Sarjana Teknik Biomedis Udinus yang menjadikannya laporan Tugas Akhir. Kedua mahasiswa itu diantaranya Nebrisca Patriana Yossy dan Reica Diva Jacinda.
Braintomi juga bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), RSD KRMT Wongsonegoro dan juga Center For Medical Technology Innovation (Cemti).
Meningkatkan Kualitas Pelatihan Dokter
Dalam penelitiannya, Menik juga melibatkan dari berbagai dosen salah satunya dari Fakultas Kedokteran (FK) Udinus, dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes., sebagai validator anatomi pembuluh darah. Menurutnya, hasil penelitian itu dapat diadopsi di berbagai institusi medis untuk meningkatkan kualitas pelatihan dokter bedah saraf dan mahasiswa kedokteran.
Ia menegaskan bahwa dengan inovasi yang dikembangkan, membuka peluang bagi dunia medis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan prosedur operasi di masa mendatang. “Ke depannya, model ini bisa dikembangkan dengan bahan yang lebih menyerupai jaringan manusia. Sehingga dapat memberikan pengalaman simulasi yang lebih realistis,” pungkas dr. Wilson. (Humas Udinus/Haris. Foto: Humas Udinus)