Berbagai aktivitas umat Muslim di bulan Ramadan akan mendatangkan segala berkah pahala dari Allah SWT. Untuk itu banyak kegiatan yang dilakukan oleh berbagai institusi, agar suasana Ramadan lebih hangat dan bermanfaat bagi umat Muslim di dun

[Sassy_Social_Share]

Berbagai aktivitas umat Muslim di bulan Ramadan akan mendatangkan segala berkah pahala dari Allah SWT. Untuk itu banyak kegiatan yang dilakukan oleh berbagai institusi, agar suasana Ramadan lebih hangat dan bermanfaat bagi umat Muslim di dun

[Sassy_Social_Share]

PENERJEMAHAN berperan penting dalam hubungan antarbudaya, menjadi jembatan penghubung dalam transfer pengetahuan. Sejarah mencatat, pertumbuhan sastra Nusantara diawali penerjemahan epos besar dari India. Proses itu memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan kebudayaan di negeri ini.

Guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI Prof Dr Sapardi Djoko Damono memaparkan hal itu dalam seminar nasional ”Penerjemahan dalam Berbagai Wajah: Novel, Komik, dan Film” yang diadakan Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Dian Nuswantoro (FBS Udinus) di kampus Jalan Nakula, Semarang, kemarin.

Penerjemahan, kata dia, merupakan upaya mengubah cara ungkap dalam suatu kebudayaan menjadi cara ungkap dalam kebudayaan lain. Itu mencakup pengubahan kode agar sesuai dengan kebudayaan sasaran. Namun, ujar dia, konsep penerjemahan berspektrum luas dengan kedua kutub tak berhubungan. Di satu sisi, terjemahan merupakan usaha mati-matian untuk setia pada teks asli. Di sisi lain, hasil terjemahan adalah kegiatan kreatif yang dinamis.

Chairil Anwar, misalnya, acap menjiplak sajak penyair asing. Dia mengklaim ”Huesca” yang dialihbahasakan dari ”Poem”-nya John Cornford sebagai karya sendiri. Dia tak mencantumkan ”The Young Dead Soldiers” karya Archibal MacLeish sebagai sumber dari sajaknya yang termasyhur, ”Krawang-Bekasi”.
Sapardi melihat Chairil telah melakukan ”penerjemahan sastra yang cantik”. Dia bersetia pada struktur sajak asli, sembari menciptakan ungkapan baru.

”Penerjemahan yang ‘tidak tepat’ seperti dilakukan Chairil bukan persoalan. Kekeliruan dalam penerjemahan karya bidang ilmu bisa merugikan masyarakat, tetapi tak dalam sastra,” kata penerjemah Lelaki Tua dan Laut karya Ernest Hemingway itu.
Audience Design
Pembicara lain adalah guru besar emeritus linguistik FIB UI Prof Benny Hoedoro Hoed (teori), penulis Ayat-ayat Cinta Habiburrahman el Shirazy (novel), praktisi penerjemah komik Yana Rachmat Mulyana (komik), praktisi subtitling SCTV Ayi F Wajdi, dan Direktur PT TVKU Yuliman Purwanto (televisi), serta dosen FBS Udinus Achmad Basari (film).

Benny mendefinisikan penerjemahan sebagai pengalihan atau pengungkapan kembali pesan dari suatu bahasa (sumber) ke bahasa lain (sasaran) dengan memperhatikan perbedaan khas yang sudah diperkirakan. Yang jadi prioritas kesepadanan, bukan kesejajaran formal.

Penerjemah yang baik biasanya melakukan audience design, yakni mempelajari siapa pengguna terjemahan. Mereka harus mengetahui tujuan atau keperluan terjemahan itu. ”Penerjemahan di bidang kedokteran, misalnya, harus mempertimbangkan calon pembacanya, yakni dokter, peneliti kedokteran, paramedik, atau ibu rumah tangga.”

Yana Rahmat Mulyana memberikan gambaran tentang dunia kerja penerjemah komik serta memaparkan tantangan dan tips menghindari kesalahan dalam penerjemahan. Umumnya bahasa komik Jepang adalah bahasa tutur sehari-hari yang bersifat informal. (SM-Rukardi-53)