Founder Impala Space, Gatot Hendraputra sarankan mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) agar melakukan riset terlebih dahulu sebelum membuat start up. Hal tersebut bertujuan agar start up dapat bertahan dan menyesuaikan dengan kebutuhan dari masyarakat mauu pasar.
 
“Berkecimpung di dunia start up sebenarnya mengasikkan namun banyak resiko yang dihadapi. Riset mengenai kebutuhan pasar sangat penting itu harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan start up,” ujarnya pada Rabu (7/3/2018)
 
 
 
Ia menambahkan jika pemerintah juga telah mendukung secara penuh dengan adanya start up yang mulai menggeliat di Indonesia. Start up yang berkembang di Indonesia sebagai solusi digital dalam memajukan berbagai sektor. Diantaranya sektor pertanian, sektor kelautan, sektor creative industry, dan sektor pariwisata. Beberapa sektor tersebut nantinya akan melibatkan start up sebagai solusi bagi Indonesia.
 
“Saya melihat Udinus sudah sangat bagus memberikan ruang bagi mahasiswa untuk terus bekarya. Saya melihat karya-karya yang diciptakan juga sangat kreatif dan sangat berkembang. Hal ini otomatis akan merangsang mahasiswa untuk berkreasi,” tambahnya.
 
 
 
 Ia mengungkapkan jika pihaknya sedang mendiskusikan dengan pihak Udinus dalam meningkatkan start up di Jawa Tengah khususnya di Kota Semarang. Pihaknya juga akan terus berkoordinasi dengan seluruh elemen dalam mengembangkan start up sebagai ujung tombak industri kreatif.
 
“Kerjasamanya masih dalam proses. Ya mungkin bisa ditunggu hasilnya dan menjadi surprise bagi para mahasiswa yang ingin mengembangkan bisnis start up,” ungkapnya.
 
 
 
Saran tersebut diberikan oleh Founder Impala Space, Gatot Hendraputra saat menjadi pembicara dalam acara Software Fair 2018 yang digagas oleh Hmpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMTI) Udinus.  Kegiatan tersebut diselenggarakan selama dua hari mulai 7-8 Maret 2018. Selain itu, Software Fair 2018 besok akan diisi oleh Sidiq Permana dari Google Developer Expert. Dan masih akan menampilkan kurang lebih 25 karya software dari mahasiswa Udinus.
 
Sementara itu, Ketua Pelaksana Software Fair 2018, Adi Siswoyo menuturkan jika kegiatan ini  akan menjadi wadah bagi para developer dalam mengembangkan kreativitas. Kegiatan ini terbagi menjadi beberapa kategori yakni game, web, mobile dan desktop. “Kami tidak mengambil developer dari luar, hanya fokus bagi mahasiswa Udinus.  Harapannya minat developer dalam membuat aplikasi lebih berkembang,” pungkasnya. (*Humas/alx)