Kamis (24/1/2019) menjadi hari terakhir gelaran Dinus Festival (Dinusfest) yang diselenggarakan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus). 3 UKM unggulan Udinus, Persatuan Mahasiswa  Kristen (PKM), Pelayanan Kerasulan Keluarga Mahasiswa Katolik ( PKKMK) serta Paduan Suara Mahasiwa (PSM) melakukan kolabori bersama menyelenggarakan satu perlombaan.

 

Mengusung tema ‘Harmoni Untuk Tuhan’,  konsep Pesta Paduan Suara Gerejawi (Persparawi) diselenggarakan untuk mengenalkan Persparawi kepada siswa maupun masyarakat Udinus.  Timotius Edward, ketua panitia acara tersebut menjelaskan, belum ada UKM yang menyelenggarakan kegiatan tersebut. Untuk itu mereka memberanikan diri untuk mengadakan perlombaan, dan hasilnya tidak mengecewakan. 3 tim dengan masing-masing beranggotakan 18 orang nampak berantusias menunggu giliran tampil diatas panggung.  “Harapan kami, tahun depan bisa bekerja sama kembali dengan 3 UKM kampus dan organisasai  lain di luar kampus” ujar Timotius.

 

Pemilihan Juara diambil 1 dari 3 peserta yang hadir, Peserta dengan kemampuan SATB Sopran, Alto, Tenor, Bass terbaik akan menjadi juara tunggal pada perlombaan. Dengan membawakan  1 lagu bebas dan 1 lagu wajib kerohanian berdurasi 15 menit, yang diselenggarakan di aula Gedung H lantai 7.

 

Sementara itu hari terakhir Dinusfest di panggung utama telah diisi dengan lenggak-lenggok gerak tubuh para penari oleh siswa-siswi SMA/SMK se-Jawa Tengah yang mengikuti lomba

tari dengan tema “Dinus Audisi Kreasi Tari Nusantara (D’Aksara). “Lomba ini diselenggarakan oleh Komunitas E-Gamelanku yang mengedepankan kesenian tari tradisional dari seluruh wilayah Indonesia,” kata Riza Naufal Afif ketua Komunitas E-Gamelan Udinus.

 

Lomba D’Aksara ini diikuti oleh 11 peserta siswa-siswi SMA/SMK di Jawa Tengah, seperti Kendal, Demak, Kebumen, dan paling jauh peserta datang dari kota batik Pekalongan. Berbagai tarian tradisional ditampilkan di panggung utama Dinusfest 2019 ini, diantaranya tari Soyong, Denok Semarang, Delalak, Topeng Suminten, Kalayaksa dan masih banyak tari kreasi yang lainnya yang ditampilkan.

“Selain untuk menyalurkan bakat dalam menari, lomba tari ini juga mengajak masyarakat sekitar untuk lebih mencintai dan melestarikan kesenian Indonesia khususnya tari tradisional, karena kami tahu bahwa indonsia memiliki banyak sekali budaya yang harus diperlihatkan ke kancah dunia” ujar Riza.

 

Warna warni kostum dan properti yang mereka pakai, menambah kemolekan gerakan saat mereka menari. Setiap tarian yang dibawakan memiliki alur cerita dan pesan yang disampaikan. Salah satu tim tari dari MAN 1 Demak misalnya, mereka membawakan tari kreasi nusantara yang berjudul Metamorfosa. “Jadi tari ini menceritakan perkembangan seseorang mulai dari Aceh yaitu tari Saman, lalu berlanjut ke Padang, Bali, Jawa, dan Papua. Tari kami ini mencakup semua tari yang berada di Indonesia” ujar tim tari dari MAN 1 Demak.

Warama (irama) , waraga (gerakan), dan warasa (perasaan) digunakan sebagai acuan dalam penilaian tersebut. Juri dalam lomba tari Dinusfest 2019 ini diambil dari orang-orang yang berkarya dalam seni tari yaitu Agus Supriyanto, Drs. Bintang Hanggoro Putra, M Hum, dan Arif Tri Gunato.

“Inilah cara kami mewadahi bakat dan kreatifitas para siswa SMA/SMK/sederajat. Agar nantinya dapat kami temukan bibit unggul berprestasi yang dapat menambah pundi-pundi prestasi untuk Udinus,” tutur Kahumas Udinus Agus Triyono, MSi. (*Humas Udinus/liliy mirna WDN. Foto : Warta Dinus)