Program Studi (prodi) S-1 Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) kembali selenggarakan webinar series yang membahas tentang literasi informasi. Webinar tersebut diselenggarakan pada Senin, 28 Desember 2020 melalui platform Zoom dan live youtube TVKU.

Dengan tema webinar ‘how literate are you?’, webinar kali ini menggandeng narasumber Dr. Oktaviana Purnamasari, M.Si dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), dan dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi Udinus seperti Dr. Agus Triyono, S.Sos, M.Si, Dr. Puri Kusuma Dwi, M.I.Kom, M. Noor Hidayat, M.I.Kom, dan Iky Putri, S.I.Kom. Acara tersebut tak hanya diperuntukkan untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi Udinus dan UMJ, namun juga diperuntukkan untuk umum.

Lisa Mardiana S.Sos, M.I.Kom selaku Sekretaris Program Studi (Sekprodi) menyatakan bahwa informasi di dunia maya yang sangat banyak dan tersebar luas ini harus dibarengi dengan literasi yang baik, “Penting memiliki keterampilan literasi supaya tidak terkena dampak negatif dari berbagai informasi ataupun berita yang beredar,” ungkapnya.

Membahas tentang hoax atau berita bohong, dalam kesempatan itu, Dr. Agus Tryono, S.Sos menganjurkan untuk mencari fakta kebenarannya terlebih dahulu. Hal itu bertujuan untuk  memastikan benar atau tidaknya suatu informasi.  Ia juga menyarankan untuk mengakses situs website seperti www.turnbackhoax.id, atau www.cekfakta.com. “bisa juga di cek pada situs lain atau media massa yang kredibel,” tambah Agus.

Puri pun berujar untuk mengatasi ketidakjelasan pesan pada sebuah informasi, harus dilakukan repetisi atau pengulangan kembali agar pesan tersebut dapat dipercaya khalayak. Selain itu, kesalahan dari menangkap dan memaknai pesan atau informasi juga rawan terjadi.

“Setelah mendapatkan informasi, barulah nantinya dapat dipilah mana informasi yang benar dan mana yang hoax. Kemampuan memaknai pesan ini harus jelas dulu sebelum nantinya merespon pesan,” ungkap Iky.

Menurut Iky, ada hal yang harus dihindari saat memaknai sebuah pesan, yaitu mengaburkan suatu informasi, terlalu men-generalisasikan informasi dan menilai hanya dari pendapat pribadi.

 "Kan tidak bisa informasi itu hanya dibenarkan menurut asumsi pribadi, tapi harus dicari kebenaran datanya," jelas Iky.

Proses pemaknaan pesan ini bisa diaplikasikan ke dalam pembuatan iklan seperti yang dipaparkan oleh Oktaviana atau yang kerap disapa Ana. Sebagai seorang praktisi di bidang periklanan, ia beranggapan jika iklan harus bisa mengambil hati konsumen agar iklan tersebut dapat diterima.

“Iklan yang berperan sebagai gambaran suatu produk harus memiliki kreativitas yang bisa membuat iklan menjadi lebih menarik, ditambah dengan pendekatan yang bisa menyentuh dan memiliki makna yang mendalam,” cerita Ana.(Humas Udinus/Almira. Foto: Almira)