Ahli gizi asal Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz, M.Gizi ingatkan masyarakat untuk menerapkan gizi seimbang dalam asupan makanan setiap hari. Hal itu cukup untuk membentuk daya tahan tubuh yang kuat di masa pandemi Covid-19.

 

Di lingkungan masyarakat khususnya di masa pandemi sekarang ini, mereka berpikir bahwa suplementasi multivitamin menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Hal itu bukanlah hal yang salah untuk menjaga daya tahan tubuh, namun jika diminum secara berlebihan akan menimbulkan masalah. Hal itu disebabkan Kandungan yang ada dalam suplemen jauh di atas kebutuhan sehingga dikhawatirkan kelebihan tersebut akan memberikan dampak yang tidak baik untuk organ tubuh. Makan makanan yang memiliki gizi seimbang menjadi solusi tepat di masa pandemi ini.

 “Imbasnya karena terlalu banyak multivitamin bisa terkena penyakit ginjal. Masyarakat bisa mengkonsumsi makanan yang memiliki gizi seimbang,idealnya makanan terdiri berbagai jenis nutrisi, termasuk protein, karbohidrat, lemak, serat, mineral, dan vitamin. Contohnya pada buah dan berbagai sayuran,” jelas Vilda, yang juga dosen di Fakultas Kesehatan Udinus.

 

Ia menyoroti bahwa di Indonesia masih menghadapi masalah gizi ganda, yaitu undernutrition dan overnutrition. Ia mencontohkan undernutrition seperti stunting, gizi buruk, anemia, sedangkan overnutrition seperti obesitas dan penyakit degenerative lainnya. Menurutnya masalah gizi dapat menyerang siapa saja, namun yang rentan terhadap masalah gizi adalah bayi dan balita. Ungkap Vilda, sapaan akrabnya, masalah gizi yang dihadapi dan menjadi tren saat ini adalah stunting. Secara garis besar stunting di Indonesia masih berada di angka prevalensi di atas 20%.

 

Ia berujar, faktor ekonomi dan politik merupakan akar dari masalah atau masalah dasar dari munculnya semua masalah kesehatan di Indonesia. Dari masalah dasar tersebut muncul masalah utama yaitu kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan tidak mencukupi, dan kesempatan kerja yang tidak merata. Selain itu, pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai gizi dan kesadaran untuk menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari masih rendah.

 

Sementara itu, menurutnya, peran pemerintah dalam menangani masalah kesehatan di Indonesia sudah signifikan, tetapi perlu adanya peningkatan. Dalam upaya kesehatan dibagi menjadi 4 pilar, yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Saat ini anggaran kesehatan di Indonesia lebih banyak difokuskan ke upaya kuratif. Sebaliknya upaya promotif dan preventif masih perlu dikembangkan lagi.

 

Ia bersama tim dari Fakultas Kesehatan Udinus juga telah melakukan berbagai upaya dalam mengurangi masalah stunting dan penerapan gizi seimbang di Indonesia khususnya di Kota Semarang. Satu diantaranya memberikan edukasi kepada ibu balita di posyandu dan sekolah-sekolah. Satu diantarnaya di posyandu di Kelurahan Krobokan dan TK/KB Binarrahman Semarang.

 

“Kami juga bersama tim Desain Komunikasi Visual (DKV) Udinus juga telah  menyelesaikan pembuatan “Mural Gizi Seimbang” di perumahan Permata Majapahit, Kelurahan Plamongan Asri. Tujuan kami untuk merubah mindset slogan 4 sehat 5 sempurna menjadi gizi seimbang, bangsa sehat dan berprestasi. Dengan 4 pilar utama yaitu mengkonsumsi makanan yang beragam, aktivitas fisik/ olahraga rutin, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan pemantauan berat badan,” tegas dia.

 

Dalam memperingati Hari Gizi dan Makanan yang jatuh pada 25 Januari 2021, ia berharap agar masyarakat tidak lagi terjebak dalam makna gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna, tetapi lakukanlah 4 pilar gizi seimbang, terlebih di masa pandemic seperti sekarang ini.

 “Saya menyarankan kepada masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai gizi seimbang, datanglah ke ahli gizi dan jangan hanya mengikuti opini orang saja Dikhawatirkan apa yang mereka lakukan hanya berdasarkan pengalaman saja. Selain itu, akan memberikan risiko-risiko buruk di kemudian hari. Jadi jangan membuang waktu untuk kesehatan anda,” tutup Vilda. (*Humas Udinus/Alex. Foto: Dok. Pribadi)