Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang berhasil rancang aplikasi Naratik yang mampu tekan angka penipuan kain batik di pasaran. Aplikasi tersebut juga berhasil mendapatkan pendanaan dari Kedaireka. 
 
Naratik satu dari 14 startup inkubasi Bangkit yang akan mendapat pendanaan, dari platform terbaru Dirjen Diktiristek. Platform Kedaireka merupakan platform yang mewujudkan kolaborasi antara dunia pendidikan tinggi dan industri.
 
Aplikasi tersebut dirancang oleh 6 mahasiswa dari tiga kampus di Indonesia, empat di antaranya merupakan mahasiswa Udinus. Keempat mahasiswa Udinus tersebut yakni Farrel Athaillah Putra, Dwi Anggun Cahyati Jamil, Suhaili Faruq, dan Briliantino Abhista Prabandanu. Sementara itu, dua mahasiswa lainnya  Firsta Adi Pradana merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Riqqah Fadiyah Alya merupakan mahasiswa Institut Teknologi Telkom Purwokerto. 
 
Dalam pengembangannya, Naratik merupakan Tech Startup yang bergerak di bidang industri batik. Dimana aplikasi tersebut memadukan kearifan lokal dengan teknologi artificial intelligence, serta menghubungkan UMKM serta Home Industry Batik ke pasar global dengan memanfaatkan platform Narashop. Sehingga nantinya, mampu mempromosikan produk batik Indonesia yang bernilai estetika tinggi, melalui kesepakatan grosir, belanja eceran, dan kemitraan bisnis. 
 
Pada saat diwawancarai, ketua tim Naratik, Farrel Athaillah Putra mengatakan Aplikasi Naratik lahir dari proyek akhir bangkit yaitu capstone project yang pengerjaannya berkelompok. Menurutnya, ide pembuatan aplikasi Naratik berangkat dari permasalahan,  di mana masih banyak orang yang belum mengetahui motif – motif batik pada kain batik.  Bahkan penipuan harga kain batik tulis dan cetak marak terjadi.  Hal itu  menyebabkan tingkat kepercayaan konsumen menurun, ditambah lagi  produsen batik saat ini masih kesulitan dalam memasarkan produknya secara online.
 
“Masih banyak juga yang belum mengetahui cara membedakan berbagai teknik pembuatan batik seperti batik tulis, batik cetak, dan batik cap. Padahal tiap teknik menghasilkan produk dengan kisaran harga jual yang berbeda jauh,” jelasnya. 
 
Ungkap Farrel, Aplikasi Naratik memiliki berbagai fitur menarik. Seperti fitur Artificial Intelligence yang mampu mengklasifikasi keaslian batik yang bisa membedakan antara batik tulis dengan batik cetak. Fitur itu juga mampu   memberikan product knowledge terkait makna, sejarah, dan sejenisnya yang berhubungan dengan motif tersebut. Tambahnya, aplikasi Naratik juga mampu memunculkan rekomendasi produk batik yang sesuai dengan hasil klasifikasinya beserta toko yang menjualnya. Melalui aplikasi Naratik yang mereka ciptakan, dapat menekan angka penipuan kain batik asli atau palsu dalam industri batik yang beredar saat ini.  
 
“Aplikasi ini sangat mudah penggunaannya, dapat diakses hanya dengan klik saja dengan melalui kamera yang ada pada aplikasi Naratik. Untuk saat ini, Naratik dapat dijalankan pada platform android dan juga sedang dikembangkan platform Official Website dari Naratik,” ungkap mahasiswa dari Program Studi S-1 Teknik Informatika Udinus. 
 
Aplikasi Naratik lahir dari proyek akhir bangkit yaitu capstone project yang pengerjaannya berkelompok. Program Bangkit menyediakan tiga learning path yaitu machine learning, mobile development, dan cloud computing. Ketiga learning path tersebut mampu mereka gabungkan dan jadilah aplikasi Naratik. 
 
Di tempat terpisah, Rektor Udinus Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom turut merasa bangga dengan capaian mahasiswa Udinus ini. Hibah seperti ini bisa menjadi salah satu faktor yang dapat memicu mahasiswa lainnya untuk ikut memberikan karya yang bermanfaat. 
 
“Kami akan terus tingkatkan kualitas dari para mahasiswa agar mampu memberikan inovasi karya yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Seperti yang ditorehkan oleh Farrel dengan timnya ini,” ungkapnya dengan bangga. (Humas Udinus/Alex. Foto: Haris Rizky)