Manfaatkan limbah minyak, tiga dosen Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang ajarkan masyarakat untuk memproduksi sabun berbahan dasar minyak jelantah.  
 
Pelatihan memanfaatkan limbah minyak jelantah menjadi sabun diselenggarakan di gedung I Udinus dan diikuti puluhan peserta yang berasal dari masyarakat di Pendrikan Kidul.  Pengabdian Masyarakat tersebut dipimpin oleh  Eko Hartini, S.T., M.Kes. Dua anggota lainnya yakni  Menik Dwi Kurniatie, S.Si., M.Biotech dan Dwi Nurul Izzhati, S.T., M.MT. 
 
Pada wawancaranya, Eko Hartini, S.T., M.Kes menjelaskan bahwa penggunaan sabun cuci dengan memanfaatkan minyak jelantah memiliki beberapa unggulan. Ungkapnya, dalam proses pembuatannya sangat sederhana, cukup dengan mencampurkan minyak jelantah dengan basa kuat, bisa NaOH (sodium hidroksida) atau KOH (potassium hidroksida).  Ungkapnya,  dalam membuat sabun ini adalah saat membuat larutan NaOH, karena saat dilarutkan NaOH ini akan menimbulkan uap panas yang menyengat. Maka gunakan  APD yaitu baju berlengan panjang, kacamata, sarung tangan, dan masker. 
 
Selanjutnya, campur dengan minyak jelantah dan aduk sampai homogen, bisa ditambahkan parfum dan pewarna sesuai selera, jika sudah kental kemudian masukkan cetakan. Tunggu 2-3 minggu agar sabun kering sempurna, kemudian bisa dikemas.
“Sabun minyak jelantah, menaikkan nilai ekonomis minyak bekas dan melindungi lingkungan dari cemaran. Kebanyakan masyarakat di Indonesia membuang minyak jelantah langsung melalui wastafel atau ke selokan. Perilaku ini akan memberikan dampak bagi lingkungan antara lain menyebabkan terjadinya penyumbatan pada drainase, pencemaran air dan tanah,” jelasnya. 
 
Setiap anggota memiliki tugasnya masing-masing, terkait kepedulian terhadap minyak jelantah limbah rumah tangga dihandle oleh Eko Hartini. Sementara, teknik pembuatan produk sabun dikerjakan langsung oleh Menik Dwi Kurniatie dan terkait kewirausahaan dikerjakan oleh Dwi Nurul Izzhati. 
 
Sementara itu, peserta yang mearupakan warga Pendrikan Kidul, Irmina Siswiyanti mengaku terbantu dengan adanya pelatihan pemanfaatan minyak jelantah. Menurutnya kegiatan pemanafaatan seperti itu dapat dilakukan secara rutin. 
“Mengenai pemasarannya perlu adanya pendampingan rutin kepada warga agar bisa melakukan penjualan produk tersebut,” tutupnya. (Humas Udinus/Alex. Foto: Humas Udinus)