Perkembangan film di Indonesia terus mengalami perkembangan yang signifikan. Berbagai genre film telah diproduksi oleh muda mudi bangsa dan telah meraih berbagai penghargaan bergengsi. Penghargaan yang diberikan dari dalam negeri maupun luar negeri. Perkembangan itu tak lepas dari peran Usmar Ismail yang menjadi bagian dari perjalanan sejarah perfilman di Indonesia. Sosok yang dijuluki bapak perfilman Indonesia ini merupakan penggerak awal adanya industri film di Indonesia sejak 1950.

Setiap tahunnya, pada tanggal 30 Maret secara resmi diperingati sebagai hari Film Nasional. Hal itu berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999. Keputusan yang diambil oleh pemerintah, didasarkan atas peristiwa pada 30 Maret 1950. Pada tanggal tersebut,  pertama kalinya fillm diproduksi perusahaan Indonesia dan disutradarai Usmar Ismail.

Semangat pantang menyerah dari Usmar Ismail mampu membawa perfilman Indonesia melompat lebih tinggi. Semangat itulah yang juga melahirkan banyak tokoh-tokoh perfilman di Indonesia. Tidak hanya itu, di ranah pendidikan juga mampu menciptakan program studi perfilman berkualitas salah satunya di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus). Program Studi D-4 Film dan Televisi (FTV) Udinus yang berdiri pada tahun 2016 lalu, mampu menghasilkan film-film berkualitas yang diakui oleh dunia perfilman di dalam dan luar negeri.

Selama kurun waktu 2022 hingga 2023, para mahasiswa FTV Udinus mampu menghasilkan berbagai prestasi. Prestasi itu seperti yang ditorehkan oleh Salas Anggobil Rokhira melalui filmnya yang berjudul ‘Like a Fish Living on Land’. Salas, mahasiswa Prodi D-4 FTV terebut berhasil mendapatkan honorable mention di Student World Impact Film Festival (SWIFF) pada tahun 2022.

Ajang itu diselenggarakan pada 2022 lalu dan diikuti sekitar 10.000 sineas muda dari 120 negara mengirimkan karyanya.  Dari total puluhan ribu tersebut, film karya Salas dan 3.000 karya lainya terpilih dalam ajang  SWIFF 2022. Salas mengatakan bahwa film ‘Fish Living On Land’ menceritakan pengalaman hidupnya yang terbiasa mengalami banjir rob di daerahnya tempat ia tinggal. Film tersebut ia buat saat dirinya mendapat tugas kuliah pada akhir 2020.

“Pada tahun 2020 itu, saya terpikirkan untuk mengangkat pengalaman pribadinya ke dalam karya film pendek. Saya juga menyelipkan pesan yang bisa ditangkap semua penonton lewat film saya ini,” jelas Salas.
Di tahun yang sama, Taufik Nabilla sutradara dari film Anglocita  berhasil menyabet penghargaan penyutradaraan di ajang Semarang Gawe Film dan Film Favorit di ajang Universitas Jember Film Festival (UNEFF). Melalui filmnya berjudul Anglocita, ia menceritakan korelasi seorang seniman ketoprak dengan perubahan zaman. 

Selain film tersebut, film pertama yang dibuatnya saat duduk di bangku semester 1 berjudul Keceklik (2021) tidak kalah sukses. Film itu berhasil masuk di dua festival internasional di tahun 2021 yaitu Official Selection of Lift – Off Global Network First Time Filmmaker Session dan Official Selection of Kalimantan International Indigenous Films Festival.

“Jujur tidak menyangka film Anglocita bisa masuk nominasi di dua ajang dan berhasil menuai prestasi, bahkan terpilih jadi 30 film terbaik dari 400 film yang disubmit. Karena awalnya hanya bersenang-senang dan ingin menambah pengalaman saja,” ungkap pemilik akun instagram @taufiknb itu.

Bahkan tak hanya dari Prodi D-4 FTV saja yang mampu berprestasi di dunia perfilman tanah air. Karya dari mahasiswa Prodi S-1 Desain Komunikasi Visual (DKV) Udinus Kediri juga berhasil meraih juara 1 pada ‘Lomba Film Dokumenter CICA’. Karya berjudul ‘Pinisi Harapan’ itu diproduseri oleh Moh. Atho’urrohman Arief bersama dengan delapan mahasiswa lainnya.

Selaku Produser dan ketua tim, Moh. Atho’urrohman Arief menjelaskan lomba yang diikutinya diselenggarakan oleh Dinas Sosial Kabupaten Kediri dan Tim Penggerak PKK.. Mengusung tema ‘Cipta, Inspirasi, Cita dan Asa’ yang bertujuan memberi inspirasi dan motivasi kepada difabel di seluruh penjuru Indonesia. 

Sementara pada proses produksi, memakan waktu hingga 2 minggu. Pengambilan gambar pun dilakukan di beberapa lokasi, dari mulai lingkungan sekitar rumah talent hingga di pameran UMKM yang sedang berlangsung. 

“Selama proses pengambilan video, kami juga sempat bermalam di rumah kediaman talent agar tidak ada momen yang terlewatkan. Tidak sia-sia usaha yang telah kami berikan dengan maksimal pun membuahkan hasil,” tambahnya. (Humas Udinus/Alex. Foto: Humas Udinus)