IEEE STUDENT BRANCH UDINUS GELAR WORKSHOP BATIK, AJAK GENERASI MUDA LESTARIKAN WARISAN BUDAYA INDONESIA

[Sassy_Social_Share]

IEEE STUDENT BRANCH UDINUS GELAR WORKSHOP BATIK, AJAK GENERASI MUDA LESTARIKAN WARISAN BUDAYA INDONESIA

[Sassy_Social_Share]
Batik merupakan salah warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh UNESCO. Sebagai upaya melestarikan budaya Indonesia itu, IEEE Student Branch Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) menyelenggarakan kegiatan ‘Batik Workshop for Youth as Cultural Safeguarding as well as Future Innovation’, belum lama ini.
 
Kegiatan bertajuk workshop yang melibatkan 38 generasi muda untuk menambah pengetahuan seputar batik. Selain itu, hadir pula satu orang volunteer asal Prancis De Javato, Eva Marino. Tidak hanya diberikan materi, mereka juga diajarkan langsung membuat batik. Peserta diberikan beberapa pola untuk membatik, tetapi tetap diberikan kebebasan untuk menciptakan pola kreasi sendiri.
 
Dihadirkan para narasumber yang kompeten untuk menyampaikan materi dan memberikan pelatihan. Salah satunya adalah Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Batik, Dr. Ir. Rodia Syamwil, M.Pd. Beliau menyampaikan materi terkait sejarah batik, proses pembuatan batik beserta alat dan bahannya. “Batik itu punya bermacam pola. Pola-pola pada batik tidak hanya untuk keperluan estetika semata, tetapi juga memiliki maknanya tersendiri,” ujarnya.
 
Kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan materi inovasi teknologi dalam bidang batik yang disampaikan oleh Dosen Fakultas Teknik Udinus sekaligus Peneliti, Ir, Amalia, S.T., M.T., IPM, Asean Eng. Dalam paparannya, ia menerangkan mengenai inovasi di bidang batik yakni Meja Colet Batik Ultraviolet Pewarnaan Indigosol.
 
Jelasnya Amalia,  melalui alat yang ia dan tim rancang, alat tersebut mmapu memberikan pewarnaan indigosol meski cuaca tidak mendukung, serta dapat dilakukan di dalam ruang. Sementara, meja yang dikembangkan sekaligus dirancang untuk mempermudah proses pencoletan yang dapat menggunakan beberapa variasi warna.
 
“Alat ini dapat disetting, sehingga proses penyinaran dilakukan secara otomatis dan juga untuk mempercepat proses pembangkitan warna.,” Ujar Amalia.
 
Pelatihan membuat batik tulis dibimbing oleh instruktur praktisi yaitu Zachroni dari Batik Linggo dan Dwi Putri Asih dari RK De Suket mulai dari pembutan pola, mencanting, hingga pewarnaan.
 
Ketua pelaksana workshop, Wahyu Alfiani berharap dengan kegiatan ini generasi muda mampu melestarikan Indonesian cultural heritage, melalui pengetahuan terkait batik, dan bisa mengembangkan batik melalui ide yang inovatif.  “Semoga wawasan terhadap batik dan pengalaman dalam membuat batik tulis yang didapatkan dari kegiatan ini, dapat mendorong generasi muda untuk melestarikan batik,” tutupnya. (Humas Udinus/Ika. Foto: Dok. FT Udinus)