Komunitas dapat menjadi salah satu faktor pendorong seseorang untuk terus mengalami perkembangan. Itulah yang dialami Ardiawan Bagus Harisa, dosen Prodi S-1 Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang. Bermula dari hobi bermain gim dan bergabung dalam komunitas board games di kota Semarang, kini laki-laki kelahiran 1992 itu berhasil mendirikan sebuah kafe yang bernama Dhadhu Board Game Cafe.
 
Dhadhu Board Game Cafe yang berada di Jl. Timoho Raya No.18, Bulusan, Kec. Tembalang, Kota Semarang, tak hanya menjual makanan dan minuman. Uniknya, kafe tersebut menawarkan berbagai pilihan board games yang menarik yang dapat dimainkan oleh para pengunjung.  
 
Dosen yang kerap disapa Bagus itu menjelaskan bahwa di kafenya juga menjual pengalaman, yakni sensasi bermain board games bersama teman-teman kala menunggu pesanan datang. Tidak hanya itu, ada pula games master yang mengarahkan serta mengajari pelanggan cara bermain.
 
“Itulah yang jadi perbedaan antara Dhadhu Board Game Cafe dengan kafe lainnya di Semarang. Waktu menunggu pesanan tidak terasa karena sambil bermain gim. Ini juga bisa menimbulkan keakraban karena timbulnya interaksi. Jadi tidak hanya ke kafe, tapi sibuk dengan ponsel masing-masing,” jelasnya.
 
Mengusung konsep board games, kafe yang dikelola oleh Bagus bisa dibilang merupakan yang pertama di Jawa Tengah. Saat ini, koleksi gim di kafe tersebut mencapai 70-100 judul yang didominasi oleh gim dari luar negeri. Antusias masyarakat untuk kafe ini terbilang cukup tinggi, bahkan beberapa dari mereka tak jarang kembali berkunjung di kafe itu lagi.
 
Meskipun sudah memiliki usaha kafe, Bagus masih menekuni tugasnya sebagai dosen di Fakultas Ilmu Komputer Udinus. Laki-laki kelahiran Demak itu mengaku suka berbagi ilmu kepada siapa pun. Apalagi, Teknik Informatika menjadi salah satu bidang keahliannya. Melalui program studi itu, ia bisa mengajarkan mahasiswanya berkreasi membuat board games baik konvensional, maupun berbasis teknologi.
 
“Kalau kita merasa senang dengan bermain gim, cobalah untuk membuatnya. Itu jauh lebih menantang dan menarik. Apalagi, kita bisa mengontrol sendiri pergerakannya. Meskipun mengalami kesulitan, tapi setidaknya kita pasti berproses,” tutupnya. (Humas Udinus/Ika. Foto: Dok. Redaksi)