Mengikuti pertukaran pelajar tentu membuka wawasan baru yang lebih luas ke arah yang positif bagi para mahasiswa. Itulah yang dirasakan oleh Meuthia Cita Sejati (22), mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) jurusan Bahasa Inggris S-1.

 

Mutia, sapaan akrabnya, mengaku keinginannya untuk mendapat pengalaman sebagai mahasiswa pertukaran pelajar sudah terbersit sejak SMA. Ia beranggapan bahwa mendapatkan pengalaman tersebut bisa mengubah sudut pandang baru ke arah yang lebih positif. “Sangat senang sih karena di Udinus juga ada program pertukaran pelajar ke luar negeri dan aku bisa lolos. Kebetulan juga kalau di prodi Bahasa Inggris pertukaran pelajarnya ke Korea, yang mana itu salah satu negara yang membuatku tertarik untuk menuntut ilmu. Melalui program ini saya bisa melihat sistem pendidikan di luar negeri,” jelasnya penuh senyum.

 

Mutia berpesan agar tidak cuek terhadap nilai Indeks Prestasi Komulatif selama berkuliah dan ia juga tetap mempertahankan nilai IPK di atas 3,5. Selama di Korea, budaya yang menurutnya paling berkesan yaitu budaya tertib dan teratur. Ketepatan waktu menjadi salah satu budaya yang semua orang taati. “Karena Korea termasuk negara maju, hampir semua orang tertib pada aturan dan selalu tepat waktu, bahkan jika ada janjian pasti mereka sudah datang lima menit sebelumnya,” jelas gadis kelahiran Lampung, 4 November 1998.

 

Gadis yang mempunyai hobi menonton drama Korea tersebut juga merekomendasikan program studi Bahasa Inggris S-1 di Udinus untuk dijadikan pendidikan lanjut bagi para calon mahasiswa. Pasalnya di program studi tersebut, tidak hanya keahlian bahasa inggris saja yang dipelajari, namun banyak juga keterampilan yang bakal didapatkan. “Kalau di progdi tersebut tidak hanya mempelajari bahasa inggris  saja, tapi ada juga mata kuliah yang bisa mengembangkan bakat kita, misalnya di bidang jurnalistik, kewirausahaan, graphic design, cinematography dan masih banyak lagi,” ungkapnya.

                                                                  

Sementara itu, selama terjadi pandemik ini Mutia tetap memanfaatkan waktunya untuk membuka beberapa online shop. Salah satunya sebagai reseller makanan khas Semarang yang selama sebulan omzetnya kurang lebih mencapai 2,5 juta rupiah. “Tujuan awal untuk mengisi waktu luan, jadi meskipun di rumah tapi tetap menghasilkan. Karena kita sendiri yang harus berusaha untuk mendapatkan rezeki. Meski cuman reseller atau menjualkan kembali tapi alhamdulillah untuk pemasukan tambahan,” tutupnya. (*Humas Udinus/Haris. Foto : Dok. Pribadi)

Nama :

Meuthia Cita Sejati – Mahasiswi Bahasa Inggris S-1 UDINUS