Mengikuti perkembangan zaman di dunia digital, Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang hadirkan praktisi ahli bahas dampak dari metaverse terhadap perekonomian. Kamis, 10 Februari 2022.
Webinar nasional tersebut mengusung tema ‘Metaverse, Virtual Reality dan Kontribusi pada Ekonomi’. Diikuti oleh kurang lebih Lebih dari 170 peserta dan dilaksanakan secara daring melalui platform zoom meeting.
Kegiatan itu menghadirkan narasumber dari praktisi ahli, Direktur Investasi/ CIO Shinta VR Indonesia Metaverse Company, Antovani Reza Pahlevi. Tidak hanya itu, dari sisi akademik juga menghadirkan Dosen Prodi Akuntansi Udinus, Dr. Yulita Setiawanta, SE., M.Si., Akt., CA., CPA. Hadir juga Rektor Udinus Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom, Dekan FEB Udinus Prof. Vincent Didiek Wiet Aryanto MBA, Ph.D, serta dosen dan juga mahasiswa di lingkungan FEB Udinus.
Antovani Reza Pahlevi, memaparkan bahwa Shinta VR menjadi perusahaan virtual reality pertama di Indonesia yang berfokus pada project metaverse. Dampak metaverse untuk perekonomian kedepannya, sudah mulai dirasakan dengan adanya non-fungible token (NFT). Melalui metaverse juga orang tidak hanya berkomunikasi secara lisan saja, melainkan dapat melihat fisik seseorang dalam bentuk avatar. Ia menyarankan untuk mulai mempelajari ilmu metaverse dari sekarang. Seperti mempelajari cara membuat konten komponen 3D, yang bisa dipelajari lewat platform unity.
“Kami berusaha membangun metaverse ini dengan pendekatan teknologi XR dan Creator Economy. Berfokus mengembangkan metaverse di bidang edukasi, kurang lebih 5200 guru sudah kami sosialisasikan agar siap menghadapi perkembangan ini,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Reza menjelaskan metaverse merupakan alam semesta baru dalam bentuk virtual yang diciptakan oleh manusia. Meta yang diartikan sebagai melampaui, dan verse yang diartikan sebagai semesta.
“Di dalam virtual reality ini nantinya setiap orang dapat melakukan aktivitas seperti bekerja, belajar, bermain hingga berkomunikasi secara real-time. Terobosan ini diyakini sebagai masa depan internet dan juga facebook,” tambah Reza.
Sementara itu, Dr. Yulita Setiawanta, SE., M.Si., Akt., CA., CPA., mengingatkan untuk menyikapi perkembangan internet ini dengan tetap bijaksana. Menurutnya metaverse akan mendorong munculnya model pembelajaran maupun model bisnis yang baru. Salah satu permasalahan yang dicontohkannya seperti NFT sebagai aset yang tidak likuid, karena siapa saja bisa membeli namun belum tentu bisa menjualnya.
“Saat ini NFT masih rentan terhadap over speculation sehingga tidak ada mekanisme untuk menangani pembajakan digital. Perkembangan teknologi tidak bisa ditolak, maka perlunya pemahaman untuk bisa lebih bijak menghadapinya,” pesan Yulita. (Humas Udinus/Haris. Foto : Humas Udinus)