Prof. Dr. Drs. Jumanto, M.Pd, Profesor terbaru di Universitas Dian Nuswantoro Semarang, telah resmi dilantik dan mendapatkan gelar guru besar di bidang linguistik. Jumanto dikenal dengan kelihaiannya dalam berbahasa dan juga teorinya yakni bahasa berkarakter.
Perjalanan karirnya ia tempuh dengan penuh perjuangan dan tentunya kecintaannya terhadap bahasa khususnya bahasa Inggris. Mengawali karir sebagai tutor privat Bahasa Inggris pada tahun 1988, hingga memutuskan terjun di dunia pendidikan ia lalui dengan penuh semangat dan tentunya perjuangan. Sempat berkarier di beberapa universitas, Jumanto akhirnya memutuskan bergabung dengan Udinus pada tahun 2014 silam. Selama kurang lebih 14 tahun, ia menjabat sebagai Lektor Kepala di Udinus.
Dalam meraih gelar profesor, Jumanto memerlukan waktu sekitar 12 tahun dan hal itu bukanlah waktu yang singkat. Baginya dorongan positif dari pihak kampus, terutama Rektor Udinus, Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom., turut andil besar terhadap capaian gelar guru besar yang ia raih.
“Sejak 2007 kami mengumpulkan borang dan berkas-berkas yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan sebagai profesor. Perjalanan panjang dan akhirnya mampu meraih gelar Profesor, bagaikan mimpi bagi saya,” jelas Jumanto saat menceritakan perjalanannya menempuh gelar profesor dengan penuh rasa haru.
Tujuh buku telah diterbitkan Jumanto sejak tahun 2000, satu diantaranya Pragmatik: Dunia Linguistik Tak Selebar Daun Kelor. Dalam penuturannya, buku yang tersebut menjadi satu diantara karyanya yang paling ia sukai. Hal itu dikarenakan dalam buku tersebut, terdapat ide dan pemikiran yang ia curahkan selama menjadi Doktor. Kini buku tersebut akan diterbitkan lagi untuk edisi ketiga.
Selepas memberikan sambutannya, Rektor Udinus Prof Dr Ir Edi Noersasongko M Kom mengucapkan selamat kepada Prof. Dr. Drs. Jumanto, M.Pd atas diraihnya gelar profesor di bidang Lingustik. Penambahan guru besar tahun ini, menjadi pelecut semangat bagi dosen lainnya.
“Menjadi guru besar bukan menjadi akhir dari karir seorang dosen, namun menjadi spirit untuk membangkitkan karya-karya brilian dan berguna bagi masyarakat luas. Penambahan satu Guru Besar merupakan momentum yang patut disyukuri, menjelang penutupan tahun 2021,” tegas Rektor Prof. Edi.
Saat ini Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang telah miliki 10 Profesor di berbagai bidang ilmu. Surat Keputusan (SK) sudah diterima langsung oleh Prof. Jumanto dari LLDIKTI Wilayah VI Jawa Tengah. Dalam penyerahan tersebut dihadiri oleh Rektor Udinus Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko M.Kom bersama seluruh Wakil Rektor.
Kembangkan Teori Bahasa Berkarakter
Karyanya mengenai bahasa berkarakter menjadi teori ia kembangkan selama berkecimpung di dunia pendidikan. Terlebih dengan perkembangan dunia maya yang semakin pesat masyarakat harus lebih mengenai strategi berbahasa. Bahasa Berkarakter tersebut membahas mengenai kapan manusia bersifat santun, bersifat tidak santun dan kapan bersifat strategis. Jumanto membedah bahwa bahasa mampu menimbulkan friksi sosial dan hal tersebut merupakan tantangan pragmatik. Pragmatik merupakan teori semua bahasa, dimana teori tersebut mampu diterapkan di berbagai tempat tergantung konteks dan situasi termasuk budaya dan adat istiadat.
Bahasa Berkarakter bermula ketika Jumanto mengamati fenomena orang-orang saling sapa dan tegur. Setiap orang mampu sapa tegur dengan fisik atau sapaan, maka dari itu dibangun kontak dengan bahasa. Kontak itu mampu dimulai dan juga diakhiri.
Terstimulasi dari hal tersebut, Jumanto melakukan penelitian dengan mempertemukan sembilan orang asal Indonesia dan sembilan orang asing yang terdiri dari Inggris, Australia dan Amerika. Dari penelitian tersebutlah tercetus kata “Komunikasi Fatis”. Komunikasi Fatis sendiri memiliki arti yakni sesuatu yang dipakai untuk menjalin hubungan sosial, dengan semata-mata bertukar kata seperti kata ‘selamat pagi Pak’.
“Saya melihat bahwa memecahkan kesunyian antara dua orang itu penting. Dari situ saya masuk ke teori kesantunan, ketidaksantunan bahkan strategi interaksi atau yang disebut teori Bahasa Berkarakter,” jelasnya secara rinci. (*Humas Udinus/Alex. Foto: Alex Devanda)