Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) kembali mendapat predikat sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Terbaik Pertama se-Jawa Tengah versi Webometrics. Bersamaan dengan itu, Rektor Udinus Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom bagikan kiprahnya dalam memimpin kampus.
Hal itu disampaikan langsung dalam serial ‘Ngobrol Bareng Nadia Ardiwinata’ yang ditayangkan langsung melalui Instagram @radioidolasmg dan streaming radio pada Selasa, (9/2) lalu. Dalam penuturannya, semangat dan pantang menyerah dari Rektor Udinus tersebut banyak diceritakannya dalam mengenang sejarah kampus biru yang disebutnya sempat mengalami rintangan hujan badai kala itu. “Bagaimana tidak hujan badai, pertama kali saya mendirikan Udinus sebagai kursus komputer yang sukses dengan 6 cabang di kota besar, namun ternyata saat itu kursus komputer pun kalah dengan lulusan sarjana,” kenangnya.
Akibat dari permasalahan tersebut, 5 cabang kursus komputer yang dibangun pun ditutup, menyisakan satu kursus komputer di Semarang. Ia pun kembali menyesuaikan diri dengan keadaan dengan mendirikan Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK), yaitu perguruan tinggi jenjang Diploma yang kemudian diubah menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK). “Keberhasilan tidak akan tercapai jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,” imbuhnya.
Sukses dengan STMIK, Udinus kemudian melebarkan sayap dengan menambah sekolah lain seperti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES), dan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA). Baru kemudian di tahun 2001 ke-empat sekolah tinggi tersebut dijadikan satu dengan penambahan Fakultas Teknik yang berada di bawah naungan Universitas Dian Nuswantoro hingga akhirnya kini mendapat predikat PTS Terbaik se-Jateng dan PTS terbaik ke-6 se-Indonesia versi Webometrics.
Menurutnya, tantangan dalam mempertahankan prestasi dirasa lebih sulit daripada ketika mencapai, diperlukan adanya kreativitas dan inisiatif. “Seperti ketika kursus komputer lulusan SMA kalah dengan lulusan sarjana, dar hal itu kembali berinisiatif untuk membentuk program studi,” imbuhnya.
Selain semangat yang ditanamkan dalam diri, melakukan pendekatan secara religius pun penting untuk dilakukan. Hal tersebutlah yang membuat Udinus selalu mengadakan khataman Al-Qur’an di tiap hari Senin dan Kamis tiap minggunya. Acara khataman yang kini mencapai putaran ke-69 tersebut berupa pembacaan juz dan mengaji di tiap minggunya dengan tausiyah yang disampaikan dari ustadz maupun pembicara tamu secara online.
Berkat pandemi, dampak positif yang dirasa Edi secara pribadi adalah dapat menunaikan ibadah shalat lima waktu berjamaah dengan sang istri yang biasanya tidak dapat dilakukan karena bekerja. Sosok istri dan anak-anaknya inilah yang menjadi semangatnya dalam bekerja. Ia pun berpesan, jika semangat mulai memudar, kembali renungkan apa yang akan diberikan untuk keluarga. “Lihat wajah keluarga saat tertidur, jika sudah berkeluarga lihat wajah istri dan anak, jika masih mahasiswa lihat wajah kedua orang tua, apa yang akan kita berikan untuk mereka jika kita sendiri tidak semangat,” tambahnya.
Webometrics sendiri merupakan badan pemeringkatan perguruan tinggi yang diinisiasi oleh perusahaan Cybermetrics Lab, yaitu sebuah kelompok riset yang menjadi bagian dari Consejo Superior de Investigaciones Científicas (CSIC), badan riset publik terbesar di Spanyol yang dilakukan sejak tahun 2004. Pemeringkatan yang dilakukan bertujuan untuk mempromosikan open access terhadap pengetahuan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Tahun ini, terdapat sekitar 31 ribu perguruan tinggi di lebih dari 200 negara yang masuk dalam daftar pemeringkatan. (*Humas Udinus/Almira. Foto: Almira Felicia)