Kabupaten Kudus kini memiliki harapan baru dalam pengelolaan sampah dengan hadirnya mesin pencacah hasil inovasi dua mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang. Mesin ini bukan hanya sebagai bukti kreativitas mahasiswa, tetapi juga sebagai langkah konkret menuju pengelolaan sampah yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Dua mahasiswa Udinus yang berasal dari Fakultas Teknik (FT), Ary Putra Prasetia dan Mohammad Aunun Yusron, berhasil menciptakan mesin pencacah sampah yang diberi nama Mesin Cah Onar—singkatan dari Mesin Pencacah Organik dan Anorganik.

Mesin ini, yang digerakkan oleh dinamo listrik dengan daya 1.500 watt, mampu mencacah hingga 40 kilogram sampah per jam. Inovasi ini telah diserahkan kepada Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Kudus untuk digunakan di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Rendeng.

Mesin yang dirancang oleh dua mahasiswa Program Sarjana Teknik Industri itu merupakan hasil dari Tugas Akhir (TA) di FT Udinus yang bernama Capstone Design. Melalui program TA tersebut, mahasiswa mengerjakan TA secara berkelompok dengan membuat suatu alat yang bermanfaat bagi masyarakat maupun perusahaan.

Menurut Ary, alasan utama pembuatan mesin ini adalah kebutuhan mendesak akan alat yang dapat membantu pengelolaan sampah secara efisien di Kabupaten Kudus. Dia juga menambahkan bahwa sampah yang tercacah oleh mesin ini memiliki potensi besar untuk didaur ulang, baik untuk pembuatan pupuk organik dari sampah organik, maupun ecobrick dari sampah plastik.

“Kami memilih membuat mesin pencacah sampah ini karena kami nilai ini akan lebih bermanfaat,” ungkap Ary.

Heri Muryanto, Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Ruang Terbuka Hijau Dinas PKPLH Kabupaten Kudus, menyambut baik kehadiran mesin ini. Menurut Heri, mesin serupa yang ada di TPST Rendeng saat ini masih menggunakan penggerak diesel, dan dengan tambahan mesin ini, pengelolaan sampah di Kudus diharapkan akan semakin efektif.

 “Kami berharap mesin ini bisa lebih memaksimalkan proses pengomposan di TPST Rendeng,” ujarnya.

Mesin Cah Onar yang dikembangkan oleh mahasiswa Udinus ini bukan hanya proyek akademis, tetapi juga bentuk nyata dari kolaborasi antara pendidikan dan pemerintah daerah dalam menyelesaikan masalah lingkungan. Keberadaan mesin ini diharapkan bisa menjadi langkah awal bagi inovasi-inovasi lain yang mendukung pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang masih bergantung pada metode konvensional.

Sementara itu, Wakil Dekan FT Udinus sekaligus Ketua Penguji TA, Dr. Ratih Setyaningrum, M.T., mengapresiasi karya yang dirancang oleh mahasiswa FT Udinus melalui TA Capstone Design. Ia menjelaskan bahwa program Capstone Design telah dijalankan beberapa tahun lalu. Program Capstone Design sendiri merupakan muara hasil akhir mahasiswa saat kuliah.

“Mahasiswa harus bisa menyelesaikan suatu masalah dari design awal hingga implementasi dalam sebuah pameran tugas akhir. Mereka mengerjakannya secara berkelompok,” tegasnya.

Penyerahan mesin ini kepada pemerintah daerah juga menunjukkan pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dan pemerintah dalam menghadapi tantangan lingkungan. Semoga langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan institusi pendidikan lainnya untuk terus berkarya demi kemajuan bangsa dan kelestarian lingkungan. (Humas Udinus/Alex. Foto: Dok. Pribadi)