Penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Nanda Adhi Purusa, S.E., M.E., menyoroti pentingnya kesadaran pengguna dalam menggunakan QRIS.

 Ia menjelaskan, lonjakan transaksi menggunakan QRIS menandakan kepercayaan masyarakat yang semakin besar terhadap metode pembayaran digital. Ungkap Nanda Adhi, penggunaan QRIS meningkat sebesar 217 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, peningkatan ini juga memunculkan potensi risiko penipuan yang perlu diwaspadai oleh pengguna.

“Bayangkan saja, dari data BI, peningkatan penggunaan QRIS, pada Agustus 2024 dibandingkan Agustus 2023 itu mencapai 217 persen. Artinya, jumlah penggunaannya lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin terbiasa dan percaya menggunakan QRIS untuk bertransaksi,” ungkap Nanda.

Meski demikian, ia juga menyoroti penurunan jumlah transaksi menggunakan ATM, yang dilaporkan turun sebesar 6 persen pada periode yang sama. Hal ini, menurut Nanda, mengindikasikan pergeseran pola transaksi masyarakat dari metode konvensional menuju digitalisasi.

“Sekarang banyak ATM yang mulai ditutup karena transaksinya terus turun. Sementara itu, penggunaan QRIS terus meningkat setiap bulan dan belum pernah mengalami penurunan. Namun, hal itu juga menjadi pengingat agar pengguna lebih berhati-hati,” tambahnya.

Nanda menjelaskan, salah satu risiko utama dalam penggunaan QRIS adalah potensi penipuan melalui manipulasi kode QR. Untuk itu, ia memberikan beberapa tips agar transaksi menggunakan QRIS tetap aman.

“Hal yang harus diperhatikan adalah memastikan nama tujuan yang tertera di tampilan QRIS sesuai dengan nama merchant. Selain itu, periksa kembali kesesuaian nominal transaksi sebelum melakukan pembayaran,” jelasnya.

Dosen dari Program Sarjana Manajemen Udinus menambahkan, penting bagi pengguna mulai dari masyarakat hingga mahasiswa, untuk memeriksa notifikasi keberhasilan transaksi untuk memastikan pembayaran berhasil. QRIS, menurut Nanda, memiliki potensi besar untuk mendukung pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) serta memperluas inklusi keuangan di Indonesia. Namun, edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan QRIS secara aman dan bijak tetap menjadi prioritas utama.

“Langkah-langkah ini dapat membantu meminimalisir risiko penipuan atau kecurangan yang sering kali muncul dari ketidaksesuaian nominal transaksi. QRIS adalah solusi pembayaran yang hebat, tapi penggunaannya harus tetap disertai kesadaran dan kehati-hatian,” tutupnya.

Sebagai tambahan, Nanda juga mengingatkan para mahasiswa agar selalu waspada dalam menggunakan QRIS untuk kebutuhan sehari-hari, terutama di lingkungan kampus. 

“Mahasiswa harus lebih teliti dan cermat, karena kesalahan kecil seperti tidak memeriksa nama merchant atau nominal transaksi bisa berdampak besar. Jadilah pengguna QRIS yang bijak dan bertanggung jawab,” pungkasnya.