Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto mengundang ratusan rektor dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan pertemuan tertutup secara mendalam. Menjadi momen pertama dalam sejarah, Rektor Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Prof. Dr. Pulung Nurtantio Andono, S.T., M.Kom., dipercaya untuk turut hadir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Di momen bersejarah tersebut, Rektor Udinus ke Istana didampingi oleh Ketua Yayasan Dian Nuswantoro, Lakshiputri Arnindita, S.Sos., M.M., Dekan Fakultas Ilmu Komputer (FIK) Udinus, Sri Winarno, M.Kom., Ph.D., dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Udinus, Prof. Dr. Amron, S.E., M.M.

Pada pertemuan tersebut, Mas Rektor, sapaan akrab Prof. Pulung, menyampaikan beberapa usulan langkah strategis dari pemerintah. Termasuk di dalamnya optimalisasi dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pendidikan, pengalokasian dana program makan gratis bagi mahasiswa penerima KIP, hingga pemberian insentif pajak bagi industri yang mendukung perguruan tinggi.

Mas Rektor selanjutnya membagikan pandangannya bahwa pemanfaatan dana CSR untuk membiayai pendidikan tinggi bisa menjadi langkah positif, terutama dalam meningkatkan akses pendidikan bagi mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

“Dana CSR ini sebelumnya dialokasikan ke sektor UMKM. Apabila bisa diperuntukkan bagi perguruan tinggi, maka dapat meningkatkan angka partisipasi pendidikan tinggi dan memperkecil kesenjangan pendidikan. Selama ini masih banyak mahasiswa berprestasi yang mengalami kendala finansial dalam melanjutkan studi mereka,” ungkapnya.

Pengalokasian Dana untuk Perguruan Tinggi

Selain itu, ia juga menanggapi usulan pengalihan sebagian dana dari program makan gratis untuk mendukung pendidikan. Dana tersebut nantinya dapat digunakan untuk membantu mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP), khususnya di daerah Jawa Tengah yang masih memiliki angka partisipasi pendidikan tinggi yang rendah.

“Banyak mahasiswa penerima KIP mengalami kesulitan ekonomi, tidak hanya dalam hal biaya kuliah, tetapi juga kebutuhan sehari-hari. Jika pemerintah memberikan subsidi tambahan untuk mereka, maka tingkat kelulusan mahasiswa KIP dapat meningkat,” jelas Mas Rektor.

Wacana lainnya adalah insentif pajak bagi industri yang berkontribusi terhadap pendidikan tinggi. Menanggapi hal itu, Mas Rektor menilai kebijakan tersebut dapat memperkuat sinergi antara dunia akademik dan dunia usaha. Pasalnya, pendanaan pendidikan tinggi di Indonesia sering kali tidak mencukupi kebutuhan operasional perguruan tinggi.

“Jika ada insentif pajak bagi industri yang mendukung perguruan tinggi, maka perguruan tinggi dapat lebih fokus pada pengembangan kurikulum dan program inovatif yang memperkuat keterampilan lulusan. Dengan demikian, semakin banyak pihak yang berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia,” tambahnya.

Sinergi Perguruan Tinggi dan Dunia Industri

Melalui diskusi tersebut, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Salah satunya melalui kebijakan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk dunia industri. Ia menilai bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan sektor swasta harus diperkuat agar lulusan lebih siap menghadapi tantangan global.

“Kami memahami bahwa pendidikan tinggi merupakan alat utama dalam memutus rantai kemiskinan serta meningkatkan daya saing tenaga kerja demi kemajuan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah akan terus berupaya menciptakan kebijakan yang mendukung perguruan tinggi agar lebih maju dan berkualitas,” ujar Prabowo.

Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk mendengar langsung pandangan para rektor mengenai kondisi pendidikan tinggi saat ini, sehingga dapat menyempurnakan kebijakan-kebijakan yang diperlukan guna meningkatkan daya saing lulusan di tingkat nasional maupun global.

“Saya ingin para rektor mengetahui apa saja yang sudah dikerjakan pemerintah, apa yang akan dikerjakan dalam waktu dekat, serta memahami kondisi yang sedang terjadi di negara kita,” ungkapnya.

Momen Bersejarah bagi Perguruan Tinggi Indonesia

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek), Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., menyampaikan bahwa pertemuan tersebut merupakan sejarah baru dalam dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Ia menegaskan bahwa ini adalah pertama kalinya seorang Presiden RI mengundang seluruh rektor dari perguruan tinggi negeri dan swasta dalam satu forum nasional.

“Ini pertama kalinya dalam sejarah seorang Presiden RI mengundang rektor dari seluruh Indonesia, baik dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Tercatat dihadiri oleh 124 rektor PTN, 40 rektor PTS, 18 rektor perguruan tinggi keagamaan, serta 17 perwakilan dari LLDIKTI,” ujar Brian.

Brian berharap pertemuan ini dapat menjadi awal yang baik bagi pemerintah dan perguruan tinggi dalam menyusun kebijakan pendidikan yang lebih inklusif dan berorientasi pada masa depan.

“Lewat diskusi ini, kami berharap perguruan tinggi di Indonesia dapat semakin berperan dalam mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga siap bersaing di tingkat global,” tutupnya. (Humas Udinus/Haris. Foto: Humas Udinus)