Maraknya korupsi berskala besar di Indonesia memicu kekhawatiran publik, ditambah kompleksnya kecurangan yang terjadi membuat auditor tidak bisa lagi mengandalkan prosedur konvensional. Oleh karena itu, peran digital forensik menjadi krusial, sehingga mendorong mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) melakukan riset dengan topik ‘Mengungkap Kasus Fraud di Indonesia: Peran Digital Forensic dan Big Five Personality Auditor dalam Kerangka Hexagon Fraud Theory’.
Riset tersebut dilakukan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan skema Riset Sosial Humaniora (RSH). Dikerjakan oleh 5 mahasiswa Program Sarjana Akuntansi Udinus yang diketuai oleh Maulana Ischaq. Bersama 4 anggota lainnya, yakni Aqila Azza Zhafira, Naesila Yulyana Saskia Syahputri, Atina Nur Azumi Syafira, dan Maulana Bintang Arie Kurniawan.
Maulana bercerita, rangkaian penelitian dimulai sejak awal tahun 2025 dengan penyusunan proposal. Setelah memperoleh pendanaan, tim melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner secara daring maupun luring. Terkumpul 259 responden final yang terdiri dari auditor publik di Kantor Akuntan Publik (KAP) dan inspektorat di 19 provinsi di Indonesia.
“Selanjutnya, data responden tabulasi dan dipersiapkan untuk diproses menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan perangkat lunak Smart-PLS untuk menganalisis hubungan antar variabel dan memperoleh temuan penelitian. Lalu di bulan September kami mulai menyusun artikel ilmiah, dan seluruh kegiatan terpublikasi di akun instagram, tiktok, dan youtube dengan nama pkmrsh_detektifraud,” tuturnya.
Keunggulan Penelitian Tim FEB
Dalam riset ini, tim mencoba menggabungkan dua teori besar, yaitu Big Five Personalities dan Hexagon Fraud Theory, untuk melihat bagaimana keduanya berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Pendekatan ini menjadi hal baru karena biasanya kedua teori diteliti secara terpisah.
Selain itu, penelitian ini juga menambahkan peran digital forensik sebagai faktor pendukung yang dapat memperkuat kemampuan auditor menemukan tanda-tanda kecurangan.
“Lewat penelitian ini kami ingin melihat secara menyeluruh bagaimana kepribadian auditor dan faktor-faktor penyebab terjadinya kecurangan bisa saling berkaitan. Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan digital forensik sangat penting agar auditor bisa mendeteksi kasus fraud dengan lebih akurat,” ujar Maulana.
Sementara itu, Dosen Pembimbing, Suhita Whini Setyahuni, S.E., M.Ak., menambahkan bahwa nantinya Tim PKM RSH mempublikasikan artikel ilmiah mereka di jurnal dengan akreditasi Sinta 4. Melalui riset tersebut, harapannya dapat menjadi panduan bagi KAP dan lembaga pengawas untuk menyusun pelatihan yang lebih efektif, agar auditor lebih siap menghadapi kasus fraud yang semakin canggih.
“Hasil penelitian dapat digunakan oleh instansi pengawas untuk mengembangkan protokol dan tools audit yang memasukkan analisis data digital dan pertimbangan karakter auditor dalam penugasan. Temuan ini diharapkan dapat berkontribusi pada upaya pencegahan dan penindakan kasus korupsi dan fraud di Indonesia, dengan memperkuat kompetensi auditor sebagai garda terdepan pendeteksi kecurangan,” tandasnya. (Humas Udinus/Penulis: Ika. Editor: Haris. Foto: Dok. Tim PKM)