Mahasiswi Program Sarjana Manajemen Udinus - Nurisa Dian Ashrifah

Perjalanan atlet panahan Nurisa Dian Ashrifah, yang kini berkuliah di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) berawal sejak duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia mengaku sering menonton film atau kartun dimana karakternya bermain panah. Baginya hal itu keren dan menjadi motivasi untuk mencoba olahraga tersebut dengan mengikuti ekstrakurikuler di sekolahnya.

“Sejak umur 11 tahun, saya sudah mulai mencoba olahraga panahan. Kompetisi pertama yang saya ikuti adalah POPDA Kota tingkat SD di tahun 2016. Saat SMP, saya mulai mendalami dan rutin latihan panahan ini,” ujar mahasiswi Program Sarjana Manajemen itu.

Ketekunan gadis yang akrab disapa Hani itu terus melekat hingga kini dirinya duduk di bangku perkuliahan. Gelanggang demi gelanggang Hani jajaki, hingga terbaru, pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) XIX Jateng 2025, ia menyabet 3 perak dan 1 emas.

Meskipun sudah banyak ajang bergengsi yang dijuarai, mahasiswa angkatan 2025 itu mengungkapkan tetap ada tantangan yang dihadapi, yaitu keraguan. Saat bel berbunyi dan semua orang maju ke shooting line, saat itulah keraguan mulai muncul. 

“Cara mengatasinya dengan menimpa keraguan itu dengan kata-kata positif dan mengingat alasan memulai panahan ini. Jika terus terbawa dengan keraguan itu, tidak akan pernah maju,” tuturnya. 

Sebelum bergabung dengan Udinus, Hani juga sudah menorehkan namanya di banggung nasional dan internasional. Diantaranya pada tahun 2024 ia berhasil meraih 2 perak pada PON XXI Aceh-Sumut 2024, dan di tahun 2025 ia berhasil meraih Perunggu Mixteam Compound Asia Cup Leg 2 Singapore 2025. 

Teknik dan Keterampilan

Hani menyebutkan bahwa sebagai atlet panahan ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki. Keterampilan inilah hal penting yang harus diperhatikan. Di antaranya adalah fokus, konsentrasi tinggi, dan sabar.

“Selain itu, stability-nya harus bagus, fisiknya juga harus kuat. Saat memulai panahan, pertama-tama siapkan kuda-kuda untuk stand memanah. Lalu mulai pasang anak panah ke tali busur (string), mengangkat dan menarik tali busur (drawing), menahan tali busur pada wajah untuk proses membidik (anchor),” jelasnya.

Ada pula teknik-teknik lainnya seperti membidik target (aiming), melepas anak panah dengan cara melepas tali busur (release), serta menjaga tubuh agar tidak banyak gerakan yang terjadi saat pelepasan anak panah (follow through).

Di sela-sela kesibukannya sebagai atlet, perempuan kelahiran 2005 itu tak melupakan kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia tetap mengerjakan tugas di sela waktu latihannya. Ia juga menyesuaikan waktu latihannya dengan jadwal kuliahnya supaya dua kegiatan tersebut berjalan dengan baik.

“Target saya setelah ini adalah Olimpiade LA 2028. Semoga saya bisa mencapai keinginan itu supaya melihat senyum dari orang tua, kakak, pelatih, dan semua orang yang sudah men-support saya di bidang panahan ini. Dan saya akan mewujudkan cita-cita yang saya impikan dari kecil,” tandasnya. (Humas Udinus/Penulis: Ika. Editor: Haris. Foto: Dok. Pribadi)