Usai dibuka langsung oleh Wakil Rektor II Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Dr. St. Dwiarso Utomo SE,M.Kom,Akt,CA, ajang Dinusfest 2016 langsung dimeriahkan oleh performa para peserta lomba dance competition. Alunan musik pengiring yang bertempo tingi seketika menarik perhatian para pengunjung di arena Dinusfest untuk mendekat ke panggung utama, halaman gedung D Udinus.
Suasana riuh pengunjung semakin menambah kemeriahan ketika satu per satu tim dipanggil oleh pembawa acara untuk menampilkan performanya di hadapan dewan juri dan para pengunjung. Dari 8 tim peserta yang berasal dari berbagai SMA di Semarang dan sekitarnya, ada satu tim yang menarik perhatian pengunjung karena kostum yang dipakai tegolong unik dan berbeda dari peserta yang lain. Adalah Be Best Be Boy, grup dance yang berasal dari SMAN 1 Semarang. Tim yang beranggotakan Sekar L.C, Cindy Apriliana, Ega, Kintan, dan April ini mengenakan kostum khas suku dayak.
Sesuai dengan tema yang diangkat oleh panitia yakni Ethnic Modern Dance, Sekar dan timnya berusaha untuk tidak hanya fokus pada sisi ethnic saja karena pengaruh kostum yang digunakan. Namun, mereka berhasil meramu antara tari tradisional dan tari modern dengan transisi yang baik. Meskipun kostum yang digunakan penuh dengan aksesoris yang menempel baik di baju maupun kepala penari, mereka nampak tidak terganggu ketika harus berpindah dari tari tradisional ke tari modern. Hal ini karena mereka telah melakukan penyesuaian dengan kostum yang dikenakan saat tampil. “kita latihan sekitar seminggu lebih, nyoba ngebiasain dengan kostum juga”, ujar Sekar.
Sekar mengaku, pemilihan konsep kostum suku dayak ini sendiri karena ia dan rekan-rekannya menilai kostum tersebut memiliki daya tarik tersendiri. Disinggung ihwal peluang timnya memenagkan kompetisi, siswi kelas X ini dengan percaya diri menyatakan timnya optimis bisa memenangkan dance competition di ajang Dinusfest 2016. Selain karena kostum yang unik, menurut Sekar penilaian para juri atas performa timnya terbilang positif meskipun masih ada beberapa kekurangan. “optimis menang karena konsep kostum yang unik, dan komentar juri juga positif meski ada yang kurang”, imbuhnya.
Meskipun demikian, Sekar tetap menerima masukan dari para juri terhadap beberapa kekurangan timnya ketika tampil. Ia juga berharap masukan tersebut dapat menjadi pelajaran timnya agar bisa lebih baik lagi. “harapannya bisa belajar dari kekurangan, semoga kita bisa lebih baik lagi ke depannya”, pungkas Sekar. (*humas)