Rekam prestasi terus ditambah oleh mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) dalam berbagai bidang. Kali ini, dalam bidang akademik dengan topik kesehatan, mahasiswa dari Program Diploma Rekam Medis dan Informasi Kesehatan (RMIK) Fakultas Kesehatan (FKes) Udinus berhasil memenangkan 2 kategori pada kompetisi internasional yang berlangsung belum lama ini.
Ajang tersebut menyusun nama International Medical Record and Health Information Competition (IMERCI). Dari FKes Udinus, 2 tim berhasil meraih juara pada kategori yang berbeda.
Kategori pertama, Intelligence Competition (Lomba Cerdas Cermat) yang diketuai oleh Cahya Arifina Rahma. Bersama 2 rekannya, Aini Mustafidah dan Nasywa Nabilah, berhasil meraih juara 2.
Pada cabang lomba tersebut, Cahya mengaku mengalami tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan saingan yang mereka hadapi sudah berpengalaman dalam perlombaan serupa. Mereka juga melalui beberapa rangkaian seperti seleksi online, dan tahap final.
“Tahap final sendiri terdapat 2 babak. Babak pertama adalah pengundian soal. Tim akan mendapatkan kode soal yang wajib dijawab dengan waktu 100 detik. Kemudian babak kedua adalah lempar-rebut. Setiap tim segera memencet bel untuk menjawab setiap pertanyaan dalam waktu yang sama, yaitu 100 detik,” jelasnya.
Saat mengikuti kompetisi yang digelar oleh Poltekkes Kemenkes Semarang itu, Cahya mengaku yang menjadi motivasi mereka adalah mengukur sejauh mana pemahaman dan kemampuan di bidang rekam medis dan informasi kesehatan. Sekaligus menambah pengalaman yang dapat menjadi nilai plus di CV.
“Meraih juara tentu menjadi harapan, tapi yang terpenting bagi kami adalah proses belajar dan pengalaman yang didapat. Kami sangat bersyukur dan bangga karena usaha dan kerja keras kami membuahkan hasil yang sangat baik,” ungkapnya.
Design Interface Competition

Sementara itu, pada kategori selanjutnya, Design Interface Competition, Dea Marsanda Indah Vatra dan Pandu Revi Arnan juga berhasil meraih juara dua. Dea menceritakan mereka membuat desain interface dan deskripsi yang relevan dengan fenomena saat ini. Diperkuat dengan referensi jurnal.
“Desain yang kami buat adalah aplikasi mental health untuk mengelola kesehatan mental secara mudah, praktis, dan profesional. Diberi nama ‘Soulvia’ berasal dari kata soul yang artinya jiwa dan via yang artinya melalui atau sebagai jalan. Melambangkan perjalanan menuju ketenangan jiwa,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dea menyebutkan bahwa soulvia adalah aplikasi mobile sebagai teman pintar yang mendampingi pengguna. Memiliki beberapa fitur unggulan. Seperti game penenang jiwa, video refreshing peningkat suasana hati, dan musik relaksasi dengan suara alam seperti kicauan burung atau deburan ombak.
“Soluvia dilengkapi layanan telemedicine bersama dokter dan psikolog ahli. Selain itu, juga ada fitur tambahan berupa tombol darurat terhubung ke kontak untuk kondisi darurat dan komunitas sehingga pengguna diharapkan tidak merasa sendiri dalam menghadapi gangguan kesehatan mental,” terangnya.
Sebelumnya, mereka juga melalui babak penyisihan sebelum bertanding di babak final. Konsultasi dengan dosen dilakukan untuk menguatkan presentasi mereka nantinya.
“Senang dan bangga sekali bisa menjadi salah satu pemenang dalam perlombaan tersebut. Harapan ke depannya, kami dapat selalu mengupgrade diri sehingga selalu mau mengasah skill di kejuaraan lainnya. Serta menjadi motivasi bagi teman-teman yang lain,” pungkasnya. (Humas Udinus/Penulis: Ika. Editor: Haris. Foto: Dok. Pribadi)






