Mahasiswi Program Sarjana Desain Komunikasi Visual Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Rizqi Auliya Muharram, mampu memanfaatkan masa perkuliahan sebaik mungkin. Yakni aktif mengikuti berbagai ajang perlombaan, salah satunya meraih prestasi Runner Up di ‘Hipster 9th Indonesia Next’, beberapa waktu lalu, bersaing dengan lebih dari 9.962 pendaftar.
Pada program CSR yang diinisiasi oleh Telkomsel itu, mengusung tema ‘AI Sharpening Youths’, berfokus pada pengembangan talenta digital muda Indonesia. Untuk mendorong mereka agar siap bersaing melalui peningkatan keterampilan digital dan kecerdasan buatan untuk berinovasi.
Untuk sampai pada prestasi tersebut, ada berbagai seleksi yang harus Rizqi lalui. Seperti seleksi menjadi top 1000, top 300, hingga top 99. Mereka harus membuat inovasi produk yang dapat menjawab masalah Environmental, Social, & Governance (ESG).
“Outputnya berupa ide dipitching untuk seleksi masuk ke top 24 digital talent. Setelah di top 24 ini, kami sebagai finalis dan 8 grup ini mengembangkan produknya pada versi MVP untuk ditunjukkan dan dipresentasikan saat summit,” jelasnya.
Mahasiswi angkatan 2021 itu menyebutkan inovasi yang diusulkan oleh timnya adalah aplikasi ‘Synca’. Aplikasi untuk menjembatani teman tuli-tunawicara dalam memahami informasi digital. Lahir dari concern mereka terhadap gap pemahaman informasi untuk teman tuli-tunawicara karena ekosistem digital selama ini masih kurang ramah dan belum mengakomodasi pemahaman mereka terhadap akses informasi digital.
“Kami juga research mayoritas dari mereka prefer menggunakan bahasa isyarat untuk kehidupan sehari-hari. Dari situlah Synca lahir dengan fitur sinyara yang mirip dengan konsep live caption. Berfungsi menerjemahkan audio dari internal aplikasi smartphone ke dalam bisindo melalui avatar interpreter yang tampilannya berupa floating screen. Ketika fitur sinyara dihidupkan, aplikasi akan running in background dan avatar interpreter ini menerjemahkan audio dari aktivitas digital pengguna,” jabarnya.
Berperan Sebagai Hipster

Mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer (FIK) itu bercerita, di ajang tersebut ia harus berkolaborasi dengan mahasiswa dari universitas lain dalam 1 tim. Ia berperan sebagai hipster, bertanggung jawab mengembangkan konsep desain aplikasi dan UI/UX aplikasi yang user-friendly, menarik, dan berkarakter.
“Tantangan yang muncul dalam pengembangan desain aplikasinya buat saya harus putar otak gimana caranya fitur yang disajikan bermanfaat dan tepat guna untuk teman tuli-tunawicara. Selanjutnya, saya juga harus berpikir cara menyampaikan ini secara visual yang ramah dan aksesibilitas yang nyaman untuk pengguna,” ungkapnya.
Meskipun begitu, tantangan tersebut dapat dihadapi dan ia melaluinya dengan baik. Rizqi mengaku bangga atas pencapaian ini, apalagi dengan jumlah pesaing yang sangat banyak dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
“Buat aku membuat desain yang bisa diterapkan menjadi aplikasi merupakan sebuah tantangan dan aku bersyukur bisa melaluinya dengan baik. Dalam ajang ini, kami tidak hanya mengembangkan aplikasi, tetapi juga menganalisis pasar dan model bisnisnya,” tandasnya. (Humas Udinus/Penulis: Ika. Editor: Haris. Foto: Dok. Pribadi)






