Berbagai aktivitas umat Muslim di bulan Ramadan akan mendatangkan segala berkah pahala dari Allah SWT. Untuk itu banyak kegiatan yang dilakukan oleh berbagai institusi, agar suasana Ramadan lebih hangat dan bermanfaat bagi umat Muslim di dun

[Sassy_Social_Share]

Berbagai aktivitas umat Muslim di bulan Ramadan akan mendatangkan segala berkah pahala dari Allah SWT. Untuk itu banyak kegiatan yang dilakukan oleh berbagai institusi, agar suasana Ramadan lebih hangat dan bermanfaat bagi umat Muslim di dun

[Sassy_Social_Share]

MENARIK tidaknya sebuah film, salah satunya ditentukan dari permainan karakter tokohnya. Itu bisa dilihat dari adegan yang ada. Mimik si pemain bisa bercerita banyak. Mulai dari kesedihan sampai kebahagiaan. Lantas, bagaimana ketika mimik ataupun adegan yang ada tak bisa lagi disaksikan. Pasalnya, tak semua orang dikarunia penglihatan normal.

Ah, tak perlu khawatir. Mereka yang diberi kekurangan pada indera penglihatan (tuna netra-Red) toh, tetap bisa mengikuti cerita sebuah film tanpa harus menyaksikan adegannya. Caranya? Ya dengan narasi yang disisipkan pada tiap adegan.

Memang tak mudah untuk dibayangkan. Tapi begitu melihat film karya Garin Nugroho berjudul ”Rindu Kami’’ semuanya akan menjadi jelas. Narasi yang disisipkan di tiap adegan memudahkan para penyandang tuna netra untuk mengikuti alur cerita. Cukup dengan cara mendengarkan.

Merasa Terbantu

Masih bingung? Dalam sebuah adegan digambarkan Bimo (Fauzi Badilah) meminta tolong Cantik (Nova Eliza) untuk membujuk adiknya yang tengah merajuk. Narasi yang dibacakan menceritakan bagaimana Bimo berjalan menaiki tangga untuk bisa bertemu dengan Cantik. Belum lagi narasi yang menggambarkan bagaimana keduanya tengah bercakap sembari duduk di depan pintu.

Diakui Febri Eko Andrianto, salah seorang tuna netra yang menyaksikan film itu, merasa terbantu dengan narasi yang disimaknya. Penggambaran adegan yang ada membuat kekurangannya dalam hal penglihatan tak lagi dirasa sebagai kendala untuk menikmati sebuah film.

”Asal sound systemnya bagus, mudah untuk mengerti alur ceritanya,’’ kata dia yang juga mahasiswa Udinus ini.

Film yang diputar sendiri, bukan tergolong kelas dua. Selain berkelas festival, bisa dikata bertabur bintang. Lihat saja para pemainnya. Mulai yang senior seperti Didi Petet, Jaja Miharja, Neno Warisman sampai bintang cilik Sakurta Ginting. Meski diperuntukkan untuk tuna netra, film yang diputar di aula Udinus tersebut ternyata banyak menarik minat mereka yang normal. Itu terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang. (SM Roosalina-56)