The Health Science Faculty at Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) telah mencatatkan terobosan dalam pengendalian penyakit kusta melalui penerapan kerangka e-Leprosy. Penelitian yang dilakukan di 27 Puskesmas di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, ini berhasil meningkatkan kedisiplinan pasien dalam menjalani pengobatan.

Ketua peneliti tentang kerangka E-Leprosy Udinus, Enny Rachmani, S.K.M., M.Kom., Ph.D., menjelaskan bahwa e-Leprosy adalah sistem berbasis web yang dirancang untuk membantu petugas kesehatan dan pasien dalam memantau pengobatan kusta. Sistem e-Leprosy dilengkapi dengan fitur pengingat berbasis SMS yang dikirim secara otomatis kepada pasien, keluarga pasien, dan petugas kesehatan.

“Melalui sistem ini, kami melihat adanya peningkatan ketepatan waktu kunjungan pasien untuk pengobatan hingga 13,9 persen. Ini menunjukkan bahwa teknologi sederhana seperti pengingat SMS dapat memberikan dampak besar dalam meningkatkan keberhasilan pengobatan,” ujar Enny.

Penelitian itu melibatkan empat tahapan, yaitu persiapan, asesmen awal, intervensi, dan evaluasi. Selama proses tersebut, para petugas surveilans kusta dan pasien dilibatkan secara aktif. Hasilnya menunjukkan bahwa integrasi sistem e-Leprosy dapat membantu mengatasi tantangan seperti beban kerja petugas dan kendala dalam memantau pasien setelah pengobatan selesai.

Meski demikian, Enny mengakui bahwa implementasi program tersebut menghadapi kendala, terutama terkait kesenjangan digital di daerah pedesaan. Banyak petugas kesehatan yang belum terbiasa menggunakan teknologi seperti internet dan komputer. Namun, melalui pelatihan intensif dan motivasi, para petugas berhasil mengadopsi sistem itu dengan baik.

“Kami memahami bahwa literasi digital menjadi salah satu tantangan utama, tetapi pelatihan yang konsisten dapat meningkatkan kemampuan mereka. Hal ini terbukti dari respons positif para petugas terhadap program e-Leprosy,” tambah Enny.

Selain membantu petugas kesehatan, sistem e-Leprosy juga memberikan manfaat langsung kepada pasien. Dengan adanya pengingat SMS, pasien lebih disiplin dalam menjalani pengobatan Multi-Drug Therapy (MDT) yang harus dilakukan selama 6 hingga 12 bulan. Hal itu penting untuk mencegah penularan lebih lanjut dan komplikasi seperti resistensi obat.

“Keberhasilan ini membuktikan bahwa inovasi teknologi dapat memberikan solusi nyata untuk tantangan kesehatan masyarakat, terutama di daerah dengan infrastruktur terbatas. Kami berharap sistem ini dapat diadopsi secara luas di seluruh Indonesia,” pungkas Enny.

Penelitian tersebut menjadi salah satu langkah penting dalam memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan pengelolaan penyakit tropis terabaikan di Indonesia. Dengan hasil yang menjanjikan, sistem e-Leprosy diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan inovasi lain di sektor kesehatan.

Penelitian tersebut melibatkan peneliti dari Udinus dan peneliti luar negeri. Dari Udinus, peneliti dari Udinus yakni Rektor Udinus Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom., Dr. Guruh Fajar Shidik, S.Kom., M.Cs., dan Prof. Dr. Drs. Jumanto, M.Pd. Sementara itu, peneliti luar negeri berasal dari dua universitas berbeda, yaitu Taipei Medical University dan National Taipei University of Nursing and Health Science. Peneliti dari Taipei Medical University adalah Ming-Chin Lin dan Usman Iqbal, sedangkan Chien Yeh Hsu berasal dari National Taipei University of Nursing and Health Science. (Humas Udinus/Alex. Foto: Humas Udinus)