Kelompok mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI), menciptakan alat kesehatan inovatif bernama Stedi. Alat ini dirancang untuk membantu dokter umum di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dalam mendeteksi penyakit paru, secara lebih cepat dan akurat.

Inovasi tersebut dikembangkan oleh 5 mahasiswa dari Program Sarjana Teknik Biomedis, Teknik Industri dan Teknik Informatika. Melalui pendanaan lebih dari 7 juta rupiah yang diberikan oleh Sistem Informasi dan Pelaporan Kemahasiswaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Simbelmawa). Hal itu sesuai yang disampaikan oleh Ketua Tim PKM, Widya Surya Erini.

“Pendanaan ini didapatkan setelah kami menyusun proposal berjudul ‘Rancang Bangun Stedi Sebagai Alat Bantu Kesehatan Dalam Mengatasi Pembengkakan Pasien Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama’. Kemudian bersaing dengan beberapa kelompok mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya,” ungkapnya pada Rabu (15/10).

Pengembangan Stedi berangkat dari keterbatasan alat diagnostik di FKTP yang sering menyebabkan lonjakan rujukan non-spesialis. Berdasarkan data BPJS yang dikumpulkan oleh Tim PKM-KI dari postal data JKN. Menyebutkan bahwa kesalahan rujukan disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana terjadi. Sehingga lonjakan permintaan kontrol yang tidak sesuai dengan tipe rumah sakit melonjak sebesar 76 persen.

Alat ini bertujuan untuk menekan jumlah rujukan sekaligus membantu tenaga medis melakukan skrining dini penyakit paru seperti PPOK, pneumonia, atau asma.

Lebih lanjut, Widya menjelaskan bahwa Stedi merupakan stetoskop digital dengan sistem analisis gelombang suara paru berbasis machine learning. Cara kerja alat ini dengan mengenali pola suara paru seperti crepitations, wheezes, crackles, and bronchial, untuk memberikan hasil pra-diagnosis. 

“Machine learning kami gabungkan dengan statistik gelombok untuk menampilkan hasil visual dan analisis secara otomatis. Setelah melalui beberapa kali uji coba, akurasinya sudah mencapai 91 persen,” ujarnya.

Selain Widya, alat ini dikembangkan oleh 4 anggota lainnya. Yakni Gracia Putri Thomas sebagai perancang software, Giulia Salzano Badia sebagai pembuat artikel ilmiah, Alfaturachman Maulana Pahlevi yang bertugas menguji alat secara rutin dan Naya Wahyu Ningsih bertugas merancang desain hardware stedi.

Dilengkapi Fitur Unggulan

Sebagai perancang software Gracia, menjelaskan bahwa Stedi memiliki beberapa fitur unggulan. Diantaranya koneksi Bluetooth ke monitor untuk menampilkan gelombang suara paru dalam bentuk grafik interaktif, dan penyimpanan data auskultasi.

“Alat ini juga memiliki kemampuan melakukan interpretasi pra-diagnosis otomatis. Serta dirancang agar jauh lebih murah penggunaannya, dibanding stetoskop digital impor,” pungkasnya.

Harapannya, Stedi bisa dikembangkan lebih lanjut agar menjadi alat bantu kesehatan yang diproduksi massal di Indonesia. Karya tersebut bahkan sudah mendapatkan masukan dari para dokter yang ahli dalam deteksi suara paru, dan sudah dikenalkan dalam ajang internasional, yaitu pada 26th International Meeting on Respiratory Care Indonesia (Respina) 2025.