Di tangan mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), limbah tenun yang selama ini dianggap tidak bernilai dapat disulap menjadi produk fashion berkelanjutan. Tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga berkontribusi dalam pelestarian budaya lokal. Hal itu tercermin dari inovasi ‘NOEURO’.

Kreasi dari mahasiswa Program Sarjana Sistem Informasi PSDKU Udinus Kediri itu mengubah potongan kain kecil yang sebelumnya terbuang menjadi produk tas berciri khas budaya Kota Kediri. Dikembangkan oleh empat mahasiswa, yaitu Zahro Sabila Ali, Maslinda Nora Nurrohmah, Zulita Lutfiana, dan Adinda Nur Fitria.

Zahro, salah satu anggota tim, mengungkapkan bahwa produk ini memadukan berbagai nilai dalam satu waktu. Inovasi, nilai budaya, prinsip keberlanjutan, pemberdayaan pengrajin, dan nilai ekonomi berpadu dengan apik dalam satu karya. 

“Noeuro merupakan produk inovasi tas 2in1, menggabungkan tas model tote bag and backpack dengan memanfaatkan kain perca hasil tenun ikat Bandar khas Kota Kediri,” jelasnya. 

Dirancang pertama kali pada tahun 2024, kini Noeuro semakin berkembang dengan meluncurkan model baru, seperti tote bag and sling bag. Dalam proses produksinya, brand inovasi mahasiswa Udinus itu turut menggandeng pengrajin lokal sehingga dapat membuka peluang kerja, menghidupkan ekonomi kreatif, dan mengangkat kembali kebanggaan budaya daerah.

“Noeuro mengenalkan tenun ikat Bandar Kediri ke pasar nasional melalui produknya yang memiliki desain modern dan harga terjangkau,” ujarnya. 

Raih Berbagai Prestasi

Inovasi tersebut telah mengikuti berbagai kompetisi dan membawa pulang banyak prestasi. Terbaru, pada Expo dan Kompetisi Kewirausahaan Nasional meraih Juara II Kategori Produk Kerajinan Seni & Budaya, unggul atas puluhan universitas lain. Di ajang lainnya, inovasi ini juga pernah meraih Juara I Kategori Industri Kreatif, Seni & Budaya Ramah lingkungan, dan Juara II Sosmed Green Compain.

“Pengakuan di level nasional menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah tenun yang kami usung bukan hanya kreatif, tetapi juga relevan, berdampak, dan berdaya saing tinggi,” tuturnya.

Prestasi-prestasi tersebut menjadi bukti bahwa karya lokal yang berakar pada budaya, dapat tampil modern, berkelanjutan, dan diakui sebagai inovasi yang bernilai. Menguji kualitas dan potensi produk di tingkat nasional, sekaligus membuka peluang agar brand semakin dikenal luas menjadi motivasi mereka dalam mengikuti berbagai kompetisi. 

“Tim termotivasi untuk membawa budaya lokal ke panggung yang lebih besar dan membuktikan bahwa karya berbasis tradisi dapat bersaing dengan inovasi modern. Ini sekaligus menjadi upaya untuk memperluas produk, meningkatkan kualitas, serta membawa budaya lokal ke level yang lebih tinggi,” pungkasnya. (Humas Udinus/Penulis: Ika. Editor: Haris. Foto: Dok. Pribadi)