Students the Undergraduate Communication Science Department (Ilkom) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) ajak pelajar untuk bijak menggunakan media digital di era generatif Artificial Intelligence (AI). Ajakan ini tercermin melalui diadakannya kampanye ‘Communication Literacy Digital (COMLIDIA) 2025’ yang berlangsung baru-baru ini.
Diinisiasi oleh Tim Jawara Digital, kegiatan yang dikemas dalam bentuk talkshow itu berlangsung di SMA Kesatrian 1 dan melibatkan 100 pelajar dari kelas 11. Kegiatan tersebut berfokus pada peningkatan literasi komunikasi di era digital, khususnya terkait etika penggunaan generative AI.
Ketua Tim, Dilly Septian menjelaskan bahwa istilah ‘jawara’ sebagai nama timnya digunakan untuk menggambarkan harapan bahwa peserta nantinya dapat menjadi juara dalam menerapkan komunikasi yang bertanggung jawab, kritis, dan etis di tengah perkembangan teknologi AI. Sebagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut, turut digandeng pula tokoh-tokoh hebat sebagai narasumber ahli.
“Kita akan belajar bersama dari narasumber hebat. Baik dari BPSDM Kominfo (Badan Pengembangan SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika) Yogyakarta, maupun akademisi Ilmu Komunikasi Udinus,” ujarnya.
Turut hadir untuk membuka kegiatan, Kaprodi Ilmu Komunikasi Udinus, Dr. Lisa Mardiana, S.Sos., M.I.Kom. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa kegiatan tersebut akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk memahami keterampilan literasi digital.
“Tidak hanya mengenalkan literasi digital, kegiatan ini juga mengajak pelajar untuk merasakan atmosfer belajar komunikasi yang biasa dilakukan mahasiswa di perkuliahan,” tuturnya.
Tidak sebatas talkshow, peserta juga diajak untuk mengikuti a Focus Group Discussion (FGD) untuk me-reviewers dan memperdalam pemahaman terhadap materi yang disampaikan.
Etika Penggunaan Generative AI
Dalam pemaparannya, Kepala BPSDM Kominfo Yogyakarta, Dr. Anton Susanto, S.E., M.TI., menyampaikan perihal isu-isu utama dalam etika Gen-AI. Seperti bias algoritma, disinformasi, deepfakes, dan kurangnya transparansi. Keadaan ini membuat Explainable AI (XAI) perlu diterapkan.
“XAI menghadirkan sistem yang menjelaskan keputusan dan menyediakan proses yang dapat diaudit. Ini memastikan prosesnya transparan dan dapat dipertanggungjawabkan,” jelasnya.
Selain itu, Anton juga menjelaskan bahwa potensi AI sebagai mesin pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan menyumbang sebesar 36 miliar USD pada PDB Indonesia tahun 2030. Adopsinya telah meluas di berbagai sektor, seperti e-commerce, perbankan, manufaktur, dan kesehatan.
Namun, pemanfaatannya di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Seperti belum meratanya infrastruktur digital, kesenjangan talenta, dan rendahnya pendanaan riset.
“Oleh karena itu, perlu regulasi kuat, kolaborasi ekosistem, dan program reskilling SDM,” tegasnya.
Sambutan Baik dari Sekolah
Menanggapi kegiatan tersebut, Kepala SMA Kesatrian 1 Semarang, Dr. Asyik Budiman, M.Si., menyambut baik penyelenggaraan kampanye literasi digital. Menurutnya, itu merupakan upaya yang efektif untuk membekali pelajar agar lebih beretika dalam menggunakan AI generative.
“Perkembangan dunia digital tidak bisa dihindari. Anak-anak perlu belajar memilah mana informasi yang baik dan benar agar tidak salah menggunakan generatif AI. Kami berterima kasih kepada BPSDM Kominfo Yogyakarta dan Udinus yang sudah berkenan hadir untuk membimbing siswa kami,” pungkasnya. (Humas Udinus/Penulis: Ika. Editor: Haris. Foto: Dok. Pribadi)






