Menjadi seorang penerjemah profesional, harus menguasai bahasa ibu dengan baik dan benar, serta mempelajari budaya lokal dan asing sesuai karakter yang dimilikinya. Demikian disampaikan  Prof. John Milton, seorang guest lecturer yang hadir di kuliah umum Fakultas Ilmu dan Budaya Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang baru-baru ini.

Tema “Censorship in Translation” sengaja dipilih panitia karena dunia penterjemah memang salah satu pilihan profesi yang bisa diambil oleh mahasiswa FIB UDINUS. Terlebih ada banyak bekal yang harus dibawa oleh mahasiswa, karena jika ingin memasuki pasar yang lebih luas dalam dunia penterjemahan, maha harus mengupgrade skill di bidang tersebut.
  
John Milton adalah seorang pengajar di University of Sao Paulo, Brazil yang juga mengajar di beberapa tempat kursus menulis dan terjemahan dengan banyak prestasi di bidangnya, namun dia sendiri mengakui tidak banyak siswanya yang memutuskan untuk menjadi penterjemah. “Profesi penterjemah memang sangat menggiurkan, tapi sangat susah untuk memasuki pasar penterjemahan, karena persaingannya sangat kompetitif,” ujar John.
 

Dalam proses menterjemahkan buku itu sendiri, seorang penterjemah harus memperhatikan keadaan norma, politik, keadaan religi, dan perkembangan di daerah/negara tersebut. Selain itu, kapan buku tersebut diterbitkan juga sangat mempengaruhi keadaan penterjemahan. Karena keadaan dunia di setiap tahunnya dapat berubah dengan cepat, hal-hal yang dianggap tabu di tahun 1930an, mungkin sudah tidak berlaku lagi di saat-saat ini. Untuk itu, menjadi penterjemah adalah profesi yang sangat menantang, karena tidak banyak yang dapat menembus persaingan pasar terjemahan asing.

John menambahkan,  dari sekian banyak profesi yang dapat dipilih oleh lulusan FIB, penterjemah adalah satu profesi yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa UDINUS sebagai peluang kerja nantinya setelah lulus kuliah.  

Kaprogdi Sastra Inggris FIB UDINUS Sarif Syamsu Rizal, S.S, M.Hum menyampaikan, didatangkannya guest lecturer untuk para mahasiswa FIB ini merupakan kegiatan rutin di tiap semester-nya. Semester lalu, didatangkan pula Kari Dickson dari UK dan Pamella Allen dari Australia, untuk memberikan kuliah tentang literary in translation. “Ada banyak cara untuk menambah skill mahasiswa FIB Udinus, salah satunya membekali kemampuan translation mereka dengan dipertemukan langsung dengan pengajar-pengajar dari luar negeri. Respon mahasiswa sendiri sangat positif, dan berharap agenda rutin ini dapat terus dilaksanakan,” ujar Rizal.(humas)

Open chat
Hallo👋
Ada yang bisa saya bantu?
%d blogger menyukai ini: