Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang Kamis  (5/2/2021) menggelar khataman Al-Quran ke 69 secara daring. Kegiatan tersebut sebagai cara Udinus untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.

 

Ketua Pusat Aktivitas Muslim Kampus Udinus, Edy Mulyanto, SS, M.Kom menjelaskan, meskipun bukan kampus keagamaan, tetapi Udinus merupakan kampus yang nasionalis-religius. Kegiatan khataman ini sudah diadakan dan berlangsung hampir satu tahun sejak masa pandemi Covid-19 dan kini memasuki putaran khataman ke-69. Kegiatan khataman dilakukan seminggu dua kali, yaitu Senin dan Kamis malam yang dimulai pada pukul 20.00 sampai dengan selesai.

 

“Terobosan unik ini dilakukan, dengan tujuan untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT, sekaligus mempererat tali silaturrahmi dengan segenap sivitas akademika," kata Edy didampingi Amiq Fahmi M.Kom dosen Fakultas Ilmu Komputer Udinus.

 

Rektor Udinus, Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom merasa gembira karena kegiatan spiritual khataman Al-quran secara online diikuti ratusan dosen dan karyawannya. Keistimewaan dalam khataman kali ini menghadirkan penceramah dari Islamic Center of New York, Nusantara Foundation, Imam Dr. Muhammad Shamsi Ali LcMA.

 

"Khataman ini juga diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum live melalui TVKU, kanal youtube TVKU dan siaran langsung Radio Dinus-FM. Membaca Al-Quran mulanya suatu kewajiban, tetapi dengan adanya kegiatan khataman Al-Quran secara rutin, sekarang sudah menjadi kebutuhan bagi karyawan muslim di Udinus. Minimal satu minggu membaca dua juz Al-Quran," kata Prof Edi.

 

Menurutnya, dengan mencintai, membaca dan mengkaji Al-Quran secara istiqomah, semakin dekat dan dicintai oleh Allah SWT. Sehingga kehidupan menjadi lebih bermakna dan berkah. Tidak ada yang lebih nikmat kecuali dicintai oleh Allah SWT.

 

Dalam tausiyahnya,Penceramah dari Islamic Center of New York, Nusantara Foundation, Imam Dr. Muhammad Shamsi Ali banyak bercerita kehidupan muslim sebagai minoritas di Amerika.

"Betapa tidak mudah melakukan dakwah, apalagi pasca peristiwa pemboman World Trade Center (WTC) dan menewaskan ribuan orang yang berujung pada terorisme dan radikalisme yang menyebar ke berbagai belahan dunia," tegasnya.

 

Meskipun tidak mudah, tetapi dengan pertolongan Allah SWT, zat yang Maha Penyempurna dan Pemberi Kekuatan, sehingga beliau dan komunitasnya mampu menghadirkan Islam yang ramah, lembut, dan toleran. Kuncinya adalah Akhlaqul Karimah dan integritas sebagai muslim sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

 

"Karakter santun dan tidak pemarah adalah modal dakwah. Dengan karakter tersebut beliau berdakwah di Amerika selama 20 tahun, dan perlahan dapat mengubah pandangan dan stigma masyarakat Amerika tentang Islam yang digambarkan sebagai agama kekerasan. Banyak dulunya yang membenci Islam, tetapi pada akhirnya menjadi mualaf. Itu juga yang menjadi alasan, kenapa beliau betah menetap di sana sebagai minoritas," jelasnya. (*Humas/Nuvia. Foto: Nuvia KHN)